Friday, June 30, 2017

Darimana datangnya order ini?

Dari penguasaan gp1 pake Marketplace. 

Untuk egrek dan dodos sawit,  sumber traffic dari marketplace yang muncul di gp1.  Yg tak kalah adalah meng create ekosistem,  landing  page,  youtube,  facebook agar  menjadi sebuah kolam yang menyenangkan bagi pengunjung.  

Thursday, June 29, 2017

Karl marx

Toggle navigationIndoprogress.Com

LBR Edisi VII/2013ReviewMenemukan Indonesia Dalam Karya Marx

Menemukan Indonesia Dalam Karya Marx

15 February 2013

 Dede Mulyanto

 Left Book Review

Print PDF

Judul: Marx at the Margins: on nationalism, ethnicity, and non-western societies
Penulis: Kevin B. Anderson
Tahun terbit: 2010
Penerbit: The University of Chicago Press
Tebal: 319

 

APA BEDANYA hasil dari mesin fotokopi dan pemikir? Kebaruan, kata Martin Suryajaya. Yang baru hanya muncul dari pemikiran. Menjadi pemikir berarti harus dapat melampaui kemampuan mesin fotokopi dalam sekadar mereproduksi. Menurut Martin, menjadi Marxis berarti berani menjadi pemikir. Tantangan yang diajukan Martin bukan perkara sepele. Sebagai pemikir, para Marxis harus mampu memunculkan hal-hal baru karena apabila tidak; apabila kita hanya mengulang-ulang apa yang sudah dikatakan Marx, maka mesin fotokopi jelas lebih Marxis ketimbang siapa pun karena kesanggupannya mengulang-ulang secara sempurna.

Jadi, apabila kita hendak membangun kembali Marxisme, maka kita mesti mengembangkan cara berpikir Marxis. Berpikir lebih berkualitas daripada sekadar kutip-mengutip sana-sini; daripada sekadar mengulang argumennya untuk dipampangkan dengan kondisi yang kita hadapi sekarang lalu berkata, ‘tuh kan kata Marx juga begitu..’ Kalau cuma begini, menjadi Marxis paling banter, kalau tidak parah-parah amat, menjadi ‘Marxis mesin fotokopi,’ akan sama saja seperti menjadi pendeta atau juru tafsir yang kerjanya sibuk mencari-cari cukilan pembenaran dari teks-teks Marx. Asumsi yang melandasi ‘kaum Marxis mesin fotokopi’ ini ialah bahwa seperti Nabi Musa dan Kitab Taurat-nya, apa yang ditulis Marx sudah paripurna sejak semula. Pemikiran Marx dibekukan layaknya sabda-sabda suci dan yang membantahnya sama dengan penistaan agama, serta penulisan ulangnya berhibah pahala.

Dalam konteks membangun kembali Marxisme sebagai cara berpikir, karya Kevin Anderson, Marx at the Margins, menjadi lentera penjelas bahwa Marx bukan Nabi Musa dan karya-karyanya bukan Taurat; bahwa apa yang kita sebut sebagai pemikiran Marx (Marxisme) itu tidak paripurna sejak semula. Sebagaimana pemikiran hasil karya seorang pemikir (dalam arti yang diajukan Martin), pemikiran Marx disemai di tanah tertentu, tumbuh dalam konteks tertentu, atau kadang mati di tengah jalan, dihapus sebagai kekeliruan, atau malah berkembang ke arah yang tak terpikirkan sebelumnya. Marx membaca, mengutip, mengritisi, dan membangun gagasan-gagasan baru dari proses belajarnya. Dengan kata lain, pemikiran Marx sendiri mewujud sebagai kebaruan senantiasa. Itulah tampaknya yang menjadikan Marx pemikir dan Marxisme sebagai pemikiran.

Buku karangan Anderson ini terbilang revolusioner. Dari judulnya saja, Anderson tampak mau mengangkat tema-tema yang tergolong pinggiran, baik dalam sejarah panjang konstruksi pemikiran Marx sendiri, maupun dalam kepustakaan Marxis hingga sekarang. Siapa sangka, di luar hiruk-pikuk upaya memahami kapital dan kapitalisme, Marx juga memikirkan sejarah India prakolonial, Jawa masa penjajahan Belanda, struktur masyarakat desa di Bali kuno yang egaliter, tentang budak-budak negro Amerika, nasionalisme Irlandia dan Polandia, pemberontakan Taiping dan masyarakat kelas di Tiongkok, kolonialisme Prancis di Aljazair, dan sebagainya. Semula tidak ada yang menyangka.

Kebanyakan orang mengenal Marx sebagai penulis Das Kapital dan Manifesto Komunis yang legendaris. Kebanyakan orang yang menyebut dirinya Marxis merasa lebih mentereng berdebat soal kritik ekonomi-politik atau teori kelas atau revolusi. Tentu saja kita mesti juga ingat hasil karya antropolog Marxis, Lawrence Krader, Ethnological Notebooks of Karl Marx, yang mengumpulkan coretan tangan dan catatan pinggiran hasil bacaan Marx atas beberapa karya antropologi klasik abad ke-19. Namun apa yang dihasilkan Anderson boleh dikata melebihi upaya Krader untuk mengangkat pemikiran Marx tentang masyarakat prakapitalis dari tulisan-tulisan Marx yang jarang atau malah belum pernah diterbitkan ke dalam bentuk apapun, sehingga hanya penekun teks-teks Marx saja yang pernah membacanya. Anderson tidak sekadar menyajikan kembali tulisan-tulisan Marx, tetapi menempatkannya dalam kerangka lebih luas dari evolusi (kadang revolusi) pemikiran Marx secara keseluruhan. Sebagai salah seorang anggota tim penyunting MEGA generasi baru, Anderson memiliki akses langsung ke hampir semua teks tulisan Marx dan Engels. Dari kerja-kerja penyuntingan inilah kiranya buku ini disusun.

Buku ini disusun ke dalam enam bab. Urutan bab dibuat tampak kronologis, dimulai dengan bab pertama yang mengangkat kembali pemikiran Marx sepanjang ia menjadi koresponden Eropa untuk New York Tribune (selanjutnya ditulis NYT) dari awal 1850-an hingga awal 1860-an dan diakhiri dengan catatan-catatan tangan Marx waktu membaca karya-karya antropolog klasik di tiga tahun terakhir menjelang wafatnya di dasawarsa 1880-an. Meski demikian, kronologi ternyata bukan tujuan utama Anderson. Tema-temalah yang lebih dikejarnya. Di Bab 1, Anderson membahas perkembangan pemikiran Marx tentang kolonialisme dan dampaknya terhadap kapitalisme serta formasi sosial negeri-negeri jajahan. Dalam bagian yang membicarakan pemikiran Marx tentang India, berseberangan dengan gosip yang beredar dari tafsir atas kutipan Manifesto Komunis 1848 bahwa Marx seorang Eurosentris dan Unilinieris yang pandangannya tidak jauh beda dengan pandangan para ideolog penjajahan bahwa kolonialisme adalah proses mengadabkan masyarakat non-Eropa, Anderson memaparkan perubahan radikal pandangan Marx baik terhadap kolonialisme maupun masyarakat non-Eropa.

Evolusi pemikiran Marx

Dalam artikel pertamanya di NYT tentang India, British Rule in India (1853), Marx memang layak, seperti dilakukan Edward Said, dicap sebagai Orientalis yang Europasentris. Marx, seperti halnya Hegel, berpandangan bahwa penjajahan Inggris berperan sebagai kekuatan progresif yang mampu menghancurkan struktur beku masyarakat Oriental dan menghantarnya ke dinamika peradaban modern. Begitu pula dalam artikelnya tentang pemberontakan Taiping yang ditulis pada tahun yang sama. Dengan kata lain, Marx adalah seorang penyokong kolonialisme. Namun, dalam tulisan-tulisannya yang lebih kemudian, khususnya sejak 1857 tentang Perang Candu Kedua di Tiongkok dan Pemberontakan Sepoi di India, pandangan Marx berubah drastis ke arah anti-kolonialisme dan pandangan naif Orientalis tentang unilinierritas sejarah manusia yang menempatkan Eropa modern di puncak perjalanan yang niscaya akan dicapai semua masyarakat.

Perubahan pandangan-pandangan Marx juga dapat ditemukan dalam evolusi pemahamannya tentang peran pergerakan nasional dalam revolusi proletariat di Polandia dan Rusia, seperti yang diulas dalam Bab 2, dan di Irlandia dalam Bab 4. Perubahan terjadi karena Marx, berbeda dengan Nabi Musa, belajar dan insyaf atas kekeliruan-kekeliruan yang dihasilkan dari ketidakbelajaran sebelumnya. Anderson membuktikan betapa Marx betul-betul belajar. Ia membaca buku-buku, etnografi-etnografi, laporan-laporan kedinasan pegawai kolonial, dan sebagainya dalam bahasa Jerman, Perancis, Inggris, sesekali Italia. Termasuk Marx juga rela menyisihkan waktu untuk belajar bahasa dari bangsa-bangsa yang sedang dipahaminya seperti Rusia, supaya dapat membaca buku-buku dalam bahasa tersebut.

Bagian paling menarik dari buku ini, menurut saya, ialah pengetahuan Marx tentang Indonesia (persisnya Jawa dan Bali) yang diulas Anderson di Bab 1 ‘Colonial Encounters in the 1850s: the European Impact on India, Indonesia, and China’ dan Bab 6 ‘Late Writtings on Non-Western and Precapitalist Societies.’ Dari catatan-catatan tangan dan coretan-coretan garis bawah yang dibikin Marx selagi membaca puluhan buku tentang masyarakat non-Eropa, ditemukan ada bagian tentang Jawa dan Bali. Hampir semua catatan ini belum pernah diterbitkan. Sepengetahuan saya, sebelum Anderson, satu-satunya sarjana yang mengungkap catatan-catatan Marx tentang Indonesia ini ialah Fritjof Tichelman dalam esai Marx and Indonesia. Preliminary Notes (1983). Di bagian tentang Indonesia ini, Anderson tampaknya hanya mengulang apa yang sudah dikerjakan oleh Tichelman, yaitu menempatkan pengetahuan Marx tentang Jawa-Bali dalam konteks pembelajaran Marx tentang formasi sosial Asiatik, khususnya India. Sumber pengetahuan pertama Marx tentang Indonesia adalah mahakarya Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles, History of Java, yang terbit pada 1817. Pembacaan atas buku ini dilakukan pada 1853 dan ada kaitannya dengan upaya Marx memahami India sebelum menulis artikel untuk NYT.

Apa yang dibaca pertama-tama bukan batang tubuh, tetapi lampirannya yang menceritakan tentang kehidupan sosial di Bali pra-kolonial. Marx menekankan soal isolasi Bali dari perdagangan internasional karena secara geografis tidak memiliki pesisir yang cocok untuk pelabuhan. Lalu tekanan diberikan pada soal struktur tradisional Bali yang di dalamnya kuasa ‘despotis’ tetua-tetua desa (rama) terhadap komunitas-komunitas petani yang relatif baru saja beranjak dari kondisi komunisme primitif, meski belum mulai menunjukkan tanda-tanda keberadaan Negara. Catatan berikutnya ialah tentang kedudukan perempuan Bali yang setara dengan laki-laki dibandingkan dengan keadaan yang berbeda di Pulau Jawa.

Di catatan tentang Jawa yang secara sosial-politik lebih bertingkat-tingkat, Marx menekankan kesamaan antara struktur sosial di Jawa dengan di Benggala India. Perhatian Marx lebih pada penguasaan tanah, pemerintahan mandiri desa-desa yang relatif terisolasi, dan relasi gender yang terbentuk dari relasi-relasi produksi seperti itu. Tampaknya, menurut Anderson, bacaan tentang Jawa dan Bali ini menjadi bahan yang digunakan Marx tidak hanya untuk menyusun artikel tentang India, karena bagaimana pun Jawa dan Bali merupakan wilayah Indianisasi yang dipandang Marx, setidaknya dari apa yang dipaparkan Raffles, dapat mengungkap bentuk lebih dini dari struktur sosial India yang memang waktu itu sedang dipelajari Marx terkait dengan artikel-artikelnya di NYT.

Sumber kedua pengetahuan Marx tentang Indonesia, yang dikemukakan Anderson dalam Bab 6, ialah bacaannya atas buku karangan J.W.B. Money berjudul Java or, How to Manage a Colony, Showing Practical Solution of the Questions Now Affecting British India yang terbit pada 1861. Dari buku ini, Marx tampak memusatkan perhatian kepada organisasi sosial desa-desa Jawa tradisional, khususnya pranata penguasaan tanah, organisasi politik desa, dan budaya komunal pedesaannya, yang oleh kebijakan-kebijakan kolonial Belanda, kemudian, dijadikan sarana penguasaan dan penghisapan surplus produk dan tenaga kerja. Dalam buku karangan Fritjof Tichelman yang lain (Tichelman, 1980), karakteristik ‘Asiatik’ dari organisasi sosial Jawa inilah yang menjadi tulang punggung berkembangnya kapitalis komprador dalam formasi sosial kapitalis pasca-kolonial Indonesia.

Tema lain dalam buku ini ialah tentang saling silang identitas kelas, ras, dan kebangsaan dalam konteks perkembangan kapitalisme. Tema ini dibahas dalam Bab 2 ‘Russia and Poland: the relationship of national emancipation to revolution,,’ Bab 3 ‘Race, Class, and Slavery: the Civil War as a second American revolution,’ dan Bab 4 ‘Ireland: nationalism, class, and the labor movement.’ Dari bab-bab ini dapat disanggah anggapan umum yang selama ini beredar bahwa Marx, ketika menyatakan bahwa sejarah manusia tiada lain ialah sejarah perjuangan kelas, dan bahwa kelas merupakan bahan baku struktur sosial masyarakat manusia, terjebak ke dalam sejenis determinisme sosiologis. Kelas hanya salah satu di antara kekuatan-kekuatan sosial lain dalam membentuk rupa dan dinamika kesejarahan kapitalisme. Intinya, menurut Anderson, identitas kelas bukanlah sesuatu yang ajeg. Identitas kelas meluas dan mengkeret batas-batasnya. Identitas kelas berbaur dengan ras, gender, etnisitas, dan kebangsaan dengan kadar yang tidak sama di semua tempat bergantung pada kondisi historis masing-masing tempat.

Terakhir, soal pandangan multilinier Marx atas sejarah. Anderson mengulasnya dalam Bab 5 ‘From Grundrisse to Capital: multilinear themes.’ Meski bahan untuk merekonstruksi multilinieritas pandangan sejarahnya Marx diambil dari karya-karya yang bukan bacaan pinggiran, yakni Grundrisse,Capital, dan Theories of Surplus Value, namun yang diangkat Anderson dari tiga karya tersebut termasuk yang pinggiran dalam diskusi Marxis. Dari Grundrisse, Anderson mengangkat ulasan Marx tentang formasi sosial prakapitalis. Tidak seperti yang diajukan di dalam The German Ideology yang seolah-olah menampilkan sejarah masyarakat manusia bergerak berurutan dari kondisi primitif masyarakat tribal, ke perbudakan Antik, lalu ke feodalisme, dan akhirnya ke kapitalisme, di sini Marx memaparkan berbagai jalan yang dilalui ketika masyarakat beranjak dari moda produksi tribal. Jalan-jalan itu antara lain moda produksi Asiatik, moda perbudakan Antik model Romawi-Yunani, dan moda produksi Jermanik. Tiga moda produksi memiliki satu kesamaan: adanya pranata kepemilikan komunal atas tanah sebagai sarana produksi pokok. Perbedaan terletak pada ada-tidaknya hak milik pribadi serta bagaimana relasi antara pranata kepemilikan komunal dan pranata kepemilikan pribadi di dalam mendinamiskan formasi-formasi sosial terkait.

Di dalam masyarakat Asiatik, tidak ada hak milik pribadi atas tanah. Secara struktural, tiadanya kepemilikan pribadi atas tanah ini berdiri di atas jalinan ekonomi-politik antara komunitas-komunitas pedusunan dan penguasa absolut yang tinggal di kota. Kota bukan organisasi sosial yang tumbuh dari pedusunan tapi dari barak prajurit para penakluk yang datang dari luar dunia pedusunan. Sementara itu, komunitas pedusunan sendiri merupakan organisasi sosial asali di Dunia Timur, sekaligus mesin pembeku formasi sosialnya. Karena terbatasnya pertukaran pasar, pembagian kerja juga terbatas, kegiatan produksi terutama untuk memenuhi kebutuhan reproduktif semata. Surplus kerja dan hasil produksi lebih ditujukan untuk upeti, pajak, atau persembahan bagi penguasa, ataupun untuk kegiatan ritual komunitas.

Tampilan ini berbeda dalam formasi sosial Antik dan Jermanik. Di dalam kedua cara tersebut ada kepemilikan pribadi atas tanah di samping kepemilikan komunal. Di dalam moda Antik, ‘kepemilikan pribadi’ ada pada tingkat keluarga-keluarga atau klan patrilineal individual yang menjadi anggota suatu komunitas kesukuan. Kepemilikan pribadi ini merupakan kelanjutan dari latar historis terbentuknya komunitas Antik, yaitu klan-klan yang bersekutu melalui kesepakatan atau penaklukan. Persekutuan atau penaklukan klan-klan ini kemudian mewujud secara politik-ekonomi ke dalam komunitas negara-kota. Negara-kota merupakan organisasi sosial utama yang ada lebih dahulu ketimbang organisasi sosial pedusunan. Kepemilikan pribadi juga muncul terkait kondisi ini meski berkedudukan sekunder terhadap kepemilikan komunal, karena yang terakhir menjadi prasyarat keberadaan yang pertama. Hal yang sama berlaku juga untuk relasi kepemilikan pribadi dan kepemilikan komunal di dalam moda Jermanik. Bedanya, di sini kepemilikan bersama hanyalah lampiran dari kepemilikan pribadi klan atau keluarga-keluarga individual yang menyatu karena kesamaan identitas kultural. Apabila di dalam moda produksi Antik harta milik individual memerlukan kepemilikan komunal untuk valorisasinya, di dalam moda produksi Jermanik justru kebalikannya, harta milik bersama memerlukan kepemilikan pribadi untuk valorisasinya.

Anderson juga menjelaskan bahwa di dalam Grundrisse, gambaran Marx tentang moda produksi Asiatik berbeda dengan yang ada di dalam artikel-artikel NYT dasawarsa 1850-an. Unsur iklim tidak lagi disebut-sebut sebagai faktor penting. Di sini Marx memfokuskan pada relasi produksi, terutama hal-ihwal kepemilikan atas tanah dan pola penghisapan surplus produksi dan surplus tenaga kerja oleh Negara yang berdiri di hadapan komunitas-komunitas pedusunan sebagai kesatuan yang lebih tinggi.

Dari keseluruhan Bab 5 ini, sekali lagi, Anderson hendak menegaskan bahwa pandangan Marx tentang sejarah tidak unilinier tetapi multilinier, sehingga tuduhan historisisme kepada materialisme historis, seperti yang dilontarkan Karl Popper, jauh panggang dari api. Begitu pula dengan keimanan atas teori lima tahap Stalinis yang gugur dihadapkan pada tegasnya multilinieritas yang terkandung dalam pemikiran Marx. Selain itu, bab ini dan bab-bab lainnya, juga menyodorkan gambaran betapa Marx lebih merupakan seorang ilmuwan ketimbang nabi. Sebagai ilmuwan, Marx tidak segan-segan untuk menyingkirkan gagasan lamanya di hadapan data baru yang didapat dari upaya belajarnya.

Penutup

Buku Marx at the Margins ini dianugrahi The Paul Sweezy Marxist Sociology Book Award pada 2010. Salah satu keunggulan buku ini, menurut panitia Award, ialah mengangkat pemikiran Marx yang relatif terabaikan, baik karena tema-temanya agak jauh dari tema-tema tradisional Marxis maupun karena sumber-sumbernya yang berasal dari tulisan-tulisan Marx yang tidak banyak dikenal tentang nasionalisme, masyarakat prakapitalis, serta tentang relasi ras, kesukubangsaan, dan kelas.

Dede MulyantoDosen Antropologi di Universitas Padjadjaran, Bandung

Bacaan tambahan:

Tichelman, Fritjof, The Social Evolution of Indonesia: the Asiatic mode of production and its legacy (The Hague: Martinus Hijhoff Publishers), 1980.

Tichelman, Fritjof, “Marx and Indonesia. Preliminary Notes”, dalam Marx on Indonesia and India (Trier: Schiften aus dem Karl-Marx-Haus), 1983: 9-28.

Krader, Lawrence (ed.), Ethnological Notebooks of Karl Marx (Assen: van Gorcum), 1972.

345

Shares

345

×

IndoPROGRESS adalah media murni non-profit. Demi menjaga independensi dan prinsip-prinsip jurnalistik yang benar, kami tidak menerima iklan dalam bentuk apapun untuk operasional sehari-hari. Selama ini kami bekerja berdasarkan sumbangan sukarela pembaca. Pada saat bersamaan, semakin banyak orang yang membaca IndoPROGRESS dari hari ke hari. Untuk tetap bisa memberikan bacaan bermutu, meningkatkan layanan, dan akses gratis pembaca, kami perlu bantuan Anda.

Jika Anda merasa situs ini bermanfaat, silakan menyumbang melalui PayPal: redaksi.indoprogress@gmail.com; atau melalui rekening BNI 0291791065 atas nama Vauriz Bestika. Terima kasih..

 Kirim Donasi

 Tentang IndoPROGRESS

IndoPROGRESS adalah media pemikiran progresif yang menawarkan ruang untuk bertukar gagasan dan pengalaman politik praktis...» Selengkapnya

 Kirim Donasi

Dukung kami menyajikan konten situs yang lebih baik lagi bagi publik. Salurkan donasi dan support sebagai bukti dukungan...» Selengkapnya

 Kirim Tulisan

Jadilah bagian dari perubahan dengan ikut berdiskusi dan berdebat di IndoPROGRESS. Kirim tulisan, podcast dan video karya...» Selengkapnya

 Berlangganan Konten

Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami

Subscribe!

Redaksi - Tentang - Donasi - Kontak - Kontribusi - IP Press - Laporan Keuangan
Konten dikelola oleh IndoPROGRESS @ 2006 - 2017

Berapa budget anda untuk menguasai keyword

Berapa budget anda untuk menguasai keyword tertentu. 
...
Apabila abda dirubung pemain kuat modal macam ini?

Kaskus bisa muncul di gp1.

Kaskus bisa diindex oleh google.  Mungkin itu salah satu kekuatan kaskus karena banyak artikel yang kumpul jadi satu sehingga bisa keindex google. 
...
Mirip seperti website berita. 

Kenapa molen semen dan lainnya

1. Lebih banyak variasinya. 
Bida produksi,  bisa repair,  sparepart,  bisa sewa.  Jadi seperti ekosistem.  Kalao produksi tidak bisa,  masih tetap jalan sewa dan repairnya. 
2. Karena produk kurva n.  Sehingga,  efisien penggunaan tk dan material. 

3.

Dan yang lainnya..

4. Memasukkan produk produk yang memiliki nilai berita.  Untuk membangun channel. Paling tidak selalu menempel di benak pemirsa.  " menolak dilupakan". Follow the wave, dari online media.  

Teh daun pepaya

木瓜葉的功效~上了年紀的朋友可以參考,感謝來自美國網友 陳鎮安 先生的熱心提供
Manfaat daun pepaya~untuk teman2 yang berusia lanjut bisa dijadikan pertimbangan, terimakasih kepada teman dari USA Tuan Chen Zhen An yang telah menyumbangkan artikel ini.
各位親友們大家好!
我和太太貞余,於今年九月初,飛來美國南加州,住在女兒佳霖的家。她告訴我:越南人喝木瓜葉茶保健養生,甚至能夠治百病。
Apa kabar sahabatku semua!
Aku dan istriku Zhen Yu, awal bulan September tahun ini, terbang ke California Selatan USA, tinggal di rumah Jia Lin. Dia memberi tahu aku: "Orang Vietnam minum teh daun pepaya untuk menjaga kesehatannya, bahkan dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit"
起初,我不大相信,抱著姑且一試的心態,敷衍應付地喝了。
平時,我最善於觀察和感受:自己的身體有了什麼細微或明顯的變化。今細述如下:
Awalnya aku tak percaya, dengan setengah ingin tahu kebenarannya, kucoba-coba meminumnya.
Biasanya aku paling pintar memperhatikan dan merasakan: apabila terjadi perubahan pada tubuhku baik yang tak kentara maupun yang jelas-jelas kelihatan. Berikut yang kualami:
1、喝了三天後,夜尿次數由原本一晚3~4次降為1~2次。到現在,常常不必深夜起來尿尿了。
Setelah 3 hari minum, yang asalnya tiap malam harus buang air kecil 3-4 kali menurun jadi 1-2 kali. Hingga saat ini, malah seringkali tidak usah bangun di tengah malam untuk buang air kecil.
2、老人尿急時,常常要快速跑進厠所解決,否則會失禁漏尿。現在尿道括約肌有力了,可以忍住。
Orang lanjut usia jika sudah kebelet buang air kecil, biasanya cepat-cepat lari ke kamar kecil untuk membuang hajatnya, jika tidak bisa ngompol di celana. Sekarang sudah mampu menahan keinginan buang air kecil.
3、現在連喝半個月後,有一天在浴室裡照鏡子梳理時,驚喜長出來的頭髮是黑灰色的,經家人證實是真的。
Sekarang setelah minum sampai setengah bulan lamanya, suatu hari saat bercermin di kamar mandi, surprise melihat tumbuh rambut hitam keabuan, bahkan sempat bertanya kepada keluargaku untuk memastikan kebenarannya.
4、因為台灣濕氣重,二年來的腳底老是脫皮不癒,若是硬予扯掉,就會抓破真皮而流血,頗為困擾。如今長出細嫩的腳皮,而且光滑細緻。
Karena kondisi di Taiwan sangat lembab, 2 tahun ini telapak kaki selalu mengelupas tak sembuh-sembuh, kalau mengeras maka harus dikuliti, kadang sampai terkelupas kulitnya dan berdarah, cukup menyusahkan. Sekarang kulit kaki menjadi lembut dan halus.
5、記憶中,先父身體消瘦,但兩腳常有水腫現象。我也輕微罹患此症,但現在不知不覺中全部消失了。
Dalam ingatanku, tubuh ayahku menjadi kurus, tapi kedua kakinya sering membengkak. Akupun menderita penyakit yang sama, tapi sekarang tanpa terasa sudah hilang.
6、平時我排便非常正常、順暢,但美中不足常呈糊狀。現在皆成圓條形,是標準的健康型。
Sehari-harinya untuk buang air besarku sangat normal, lancar dan mudah, tapi seringkali (maaf) mencret. Sekarang bentuk fesesnya bulat panjang, bentuk normal feses yang sehat.
7、我感覺頭髮和指甲長得特別快。新指甲沒有顯著紋路的刻㾗了。
Aku merasa rambut dan kukuku tumbuh sangat cepat. Kuku baru tidak ada garis retakan.
8、記憶力提升,最近複習英文會話,快速道路喚醒了許多忘光的單字、片語或句型。
Daya ingat meningkat, baru-baru ini mengulangi pelajaran percakapan bahasa Inggris, teringat kembali semua kata yang sudah banyak terlupakan, baik frasa maupun kalimat.
以上是我個人的親身體驗,不像網路上所流傳的,是真是假,讓人無從置信。所以我建議如下:
Semua diatas adalah pengalamanku sendiri, tidak seperti yang tersebar di internet, benar tidaknya tidak kita ketahui, membuat kita sulit mempercayainya. Karena itu aku merekomendasikan seperti berikut:
一、有土地者,快一點栽種4~5株木瓜樹,既可吃到自己種的木瓜,平日又可煮木瓜葉茶喝。
Jika punya lahan, bergegaslah menanam 4~5 pohon pepaya, disamping bisa makan buah pepaya hasil tanaman sendiri, sehari-hari juga bisa minum teh daun pepaya.
二、煮木瓜葉茶及服用的方法:
Cara membuat teh daun pepaya dan pemakaiannya:
a、取三大片去枝梗的木瓜葉,切成小片,置入1000CC的鍋具中煮沸,然後溫火熬剰500CC即可。
Ambil 3 lembar daun pepaya buang tangkainya, potong kecil-kecil, masukkan kedalam panci 1,000 CC air masak sampai mendidih, setelah itu kecilkan api sampai air sisa 500 CC.
b、等涼了裝入玻璃瓶中,放在冰箱裡冷藏之。
Setelah dingin masukkan kedalam botol kaca, simpan dalam lemari es.
C、每天早、中、晚餐前各喝一次。要先取出退冰才喝,每次喝15CC即可。(胃不好的人,餐後半小時喝)
Tiap hari sebelum makan pagi, makan siang, dan makan malam minum sekali, tiap kali minum sebanyak 15 CC. (Bagi yang maag nya kurang baik, bisa diminum setengah jam setelah makan)
我把這廉價又方便的、具有k相當療效的良方,分享給我最親愛的親友們。希望大家一起健康,同享快樂無病的生活。
Aku bagikan kepada teman-teman yang terkasih cara yang mudah dan praktis namun besar manfaatnya ini. Semoga kita semua sehat, dan dapat hidup bahagia tanpa penyakit.
        李鴻德 敬致於美國南加州 2016/11/5
Salam
Li Hong Te, California Selatan, USA
5 November 2016

Dr tan yot sen

Kisah dokter Tan

PRAKTEK YANG UNIK

Entah kharisma apa yang dimilikinya? Tapi pasiennya rata-rata gak ada yang ngeyel atau mengelak saat ditembak oleh Dr. Tan dengan pertanyaan yang tanarnya lebih mirip tuduhan! Habis mau ngeles gimana? Namanya kepengen sembuh, mending jujur kali ya? Tampaknya itu yang terbersit di pikiran mereka. Macam-macam 'tuduhan' beliau, mulai dari tidak patuh terhadap menu makan yang disepakati, kemalasan mereka menggerakkan tubuh seperti perintah, atau nekat mengkonsumsi bahan makanan yang dipantangkan bagi mereka.

Yang lebih kacau lagi, saat ia 'mengomeli' seorang pasiennya yang nampaknya terserang stroke dan telah berangsur sembuh namun masih enggan melepaskan diri dari tongkatnya. "Kalau tidak mau lepas dari tongkat ini, secara fisik dan mental kamu merusak tubuh kamu sendiri, coba lepas tongkat itu, lepas!" Saat dilihatnya sang pasien nampak ragu berdiri tanpa ditopang tongkat tersebut. Kemudian Dr. Tan berbicara macam-macam ke pasiennya untuk menggambarkan kondisi buruk yang mungkin terjadi apabila ia bergantung pada tongkat tersebut, mulai dari penurunan fungsi otot, organ yang terganggu sampai ke masalah psikis di mana ia suatu saat akan menyalahkan lingkungan, mulai dari orang sekitarnya hingga ke anak-anak yang dianggap tidak memperhatikan dirinya. Entah semburan kalimat itu begitu bombastis atau mengandung mantra, hehe, mendadak sang pasien mampu berdiri tanpa masalah walau tongkat itu telah dilepas.

"Lihat kan! Apa rasanya berdiri tanpa tongkat? Tidak jatuh kan?" tukas dr. Tan puas.

INTEROGASI
Di ruang praktek beliau dengan belasan pasien. Walau bersesak-sesakan di ruang yang kecil, namun tidak ada satupun pasien mengeluh atau protes. Di sini Dr. Tan, langsung berbicara "Silahkan mengenalkan diri masing-masing dan keluhannya, tapi ingat! Ini bukan ajang curahan hati, cukup kenalkan, sisanya biarkan saya yang berbicara!". Wuih, teknik yang unik.

Perlahan-lahan satu persatu pasien berbicara. Memperkenalkan diri dan kondisi masing-masing. Dr. Tan mendengarkan dengan seksama, lalu ia memberondong pasien tersebut dengan pertanyaan yang sifatnya personal terkait kondisi kesehatan mereka.

Dr. Tan : "Kenapa Anda kesini?"
Pasien : "Saya merasa obesitas, dok.."
Dr. Tan : "Kenapa obesitas?"
Pasien : "Karena keturunan di keluarga saya.."
Dr. Tan : "Nonsens! Kenapa?!" mulai meninggi nadanya
Pasien : "Ngg.. Anu, mm.. makan saya banyak" mulai terintimidasi
Dr. Tan : "Kalau makan bener, banyak juga gak pa-pa! Kenapa?!"
Pasien : "Saya suka makan yang manis-manis, dok"
Dr. Tan : "Nah, itu dia.. Persis!" manggut-manggut puas

"Jangan pernah ada yang bilang, kalau kalian itu sakit karena keturunan, itu mayoritas bohong! Sedikit sekali penyakit yang menurun karena genetika, sedikit!" setelah itu Dr. Tan, dengan gaya yang sangat ekspresif memukul meja di depan dan kemudian mencolokkan jari-jari tangannya ke mulut. "Ini yang membuat penyakit seakan-akan muncul di keluarga sebagai penyakit turunan..." katanya setengah membeliakkan matanya "Keluarga, meja makan dan apa yang kalian makan di sana!".

Atau ini..

Dr. Tan : "Kenapa pak?"
Pasien : "Saya darah tinggi, dok.."
Dr. Tan : "Berapa?"
Pasien : "Sekarang sih lagi minum obat jadi 120-80"
Dr. Tan : "Saya tanya nilai kamu, bukan nilai bikinan guru les!"
Pasien : "He?" bingung
Dr. Tan : "Itu kan bikinan dokter kamu? Bukan darah tinggimu.."
Pasien : "Hehe, iya dok.."
Dr. Tan : "Jadi kalau guru lesmu matek, nilai kamu merah lagi?"
Pasien : Tambah bingung
Dr. Tan : "Udah berapa taun minum obat itu"
Pasien : "Lima tahun, dok"
Dr. Tan : "LIMA TAHUN?! Dan gak ada kemajuan, begitu-begitu saja?"
Pasien : "Iya dok, tapi memang gak pernah melonjak lagi.."
Dr. Tan : "Guob* sisan!!!" *membentak sembari memukul meja

Kemudian sambil marah-marah pada dirinya sendiri ia mengungkapkan keheranannya pada pasien yang mau saja berobat bertahun-tahun pada seorang dokter tapi tidak menunjukkan gejala perbaikan, hanya berada pada posisi stagnan. Dan pasien itu sudah cukup puas.

"Itu sebabnya pasien yang kena darah tinggi, 'matek'-nya rata-rata bukan karena darah tingginya, tapi karena liver atau ginjalnya ngambek! Lha wong bertahun-tahun harus menelan racun. Yang konyol ya, pasiennya.. Kok mau? Dan dokternya juga.. Kok tega?"

Ia menuding lagi ke bapak pasien darah tinggi tadi. "5 tahun ke dokter itu, pernah ndak, bapak dikasih tau, kenapa sakit darah tinggi bisa terjadi? Dan apa langkah pencegahannya agar tidak sampai sakit, selain minum obat?" Ketika sang bapak menggeleng, Dr. Tan menghembuskan nafas kesal dan membanting tubuhnya ke senderan kursi.

"Persis! Guo* tenan!"

BUKAN SPESIALIS
Tapi bukan berarti dokter satu ini lebih banyak mengomel dan memaki. Ia sangat taktis dalam memberikan penjelasan beragam penyakit yang diderita pasiennya. Begitu taktisnya sampai orang paling awam pun rasanya bisa mengerti dengan cukup mudah apa yang dimaksud oleh beliau. Bandingkan dengan mayoritas oknum dokter yang cuma mendengar keluhan pasien, tanpa melihat mata pasien, kemudian menuliskan resep, tanpa melihat mata, lalu mempersilahkan pasien keluar ruangan, masih dengan tanpa melihat mata.

Dr. Tan lain, ia bahkan memberikan bahasa tubuh yang sangat teatrikal untuk menggambarkan kondisi tubuh yang mengalami masalah, ia juga tidak ragu-ragu berteriak kecewa, gembira atas reaksi juga jawaban pasien yang sesuai atau tidak dengan harapannya. Sebenarnya mengasyikan sekali melihat dokter satu ini saat berpraktek.

"Bawa saja, bagian tubuh Anda yang sakit itu ke bengkel Astra, minta dibetulin di sana, kalau sudah balikin dan pasang lagi" Tiba-tiba salah satu kalimat pedas Dr. Tan memutus lamunan saya. Ada apa nih?

"Salah satu puncak kegob***an dunia kedokteran adalah maraknya spesialisasi ini dan itu di sana-sini. Lalu pasien yang dateng ke mereka diperlakukan layaknya onderdil mobil, dikerjakan satu persatu apabila rusak, bukannya dilihat sebagai satu kesatuan sistem, kapan mau sembuh beneran?" Omelnya dengan nada sangat keras.

Kemudian ia menjelaskan secara sistematis, mengapa tubuh manusia tidak sepatutnya dilihat dari organ per organ. Penyumbatan koroner jantung misalnya, tidak bisa tidak, penyebabnya hampir 100 persen berasal dari makanan, tapi setiap kali pasien penderita jantung koroner pergi menjalani operasi bedah jantung, entah di pasang ring atau treatment lainnya, jarang sekali dokter jantung yang memberikan tuntunan panduan makan secara cermat kepada pasien. Paling-paling pekerjaan ini dilempar ke dokter ahli gizi, yang kita semua tahu mayoritas cuma bisa memberikan resep langsing bukannya resep untuk hidup sehat.

(Kalau yang satu ini saya punya pengalaman pribadi, waktu diajak bekerja sama oleh salah satu dokter gizi kondang di Jakarta. Waktu saya sodorkan pola makan anti stres dengan manipulasi bahan makanan terkait dengan produksi zatneurotransmitter. Dokter itu terbengong-bengong, "Wah, saya mah taunya cuma bikin orang langsing doang. Gak tau nih begini-beginian?" Yak ampun? Saya ini bukan ahli gizi, mosok lebih tau konsep food therapy ketimbang dia?)

Jadi kembali ke kasus Dr. Tan tadi. Bagaimana seorang pasien bisa sembuh secara paripurna, kalau dokternya aja saling lempar-lemparan kasus? Ia sekali lagi memaki konsep spesialisisasi secara sembarang di dunia kedokteran.

"Makanya kalau ada orang tanya saya ini spesialisasi apa? Saya jawab, saya bukan mekanik bengkel, saya dokter!" Ini adalah salah satu kalimat pedas dari beliau yang diucapkan saat dulu pertama bertemu saya.

MAKAN SEHAT & BERGERAK
Akhirnya Dr. Tan memberikan resep sehat bagi setiap pasiennya. Bukan, beliau bukan mencatat kalimat-kalimat berbahasa latin untuk diteruskan ke apoteker dan diubah menjadi tablet, pil, salep atau obat cair, tidak! Resep yang ditulis oleh Dr. Tan, jangankan seorang apoteker, seorang tukang sayur yang biasa mampir ke rumah Anda pagi-pagi pun bisa mengerti.

"Jangan ada yang protes, makanan yang saya rujuk ini bisa membuat Anda menikmati hidup atau tidak! Kalau mau sembuh, ya? Anda-Anda ini terlihat sekali adalah orang yang sudah hampir seumur hidup menikmati hidup dengan memanjakan lidah ke makanan yang enak, tapi salah!" Dr. Tan sudah menekankan konsep ini di awal pemberian resep hidup sehatnya.

"Sekarang Anda harus membayar harga nikmat tapi mematikan tersebut dengan berdisiplin mengikuti apa yang saya berikan" Tukasnya dengan tatapan tajam.

Apa yang diminta oleh Dr. Tan sangatlah sederhana untuk dimengerti dan dilakukan, tapi bagi para so called 'penikmat hidup', pastilah sangat berat untuk dituruti. Saran beliau :

1. "tidak ada gula!"
Orang sering dengan bodohnya mengira bahwa penumpukan lemak itu lahir akibat konsumsi lemak yang berlebihan. Padahal Dr. Tan mengatakan, "Manusia itu punya threshold untuk lemak, yaitu rasa mual dan muak. Jarang ada manusia yang mengkonsumsi lemak lebih banyak dari kemampuan tubuhnya menerima". Penumpukan lemak dalam tubuh kita, mayoritas lebih kepada konsumsi gula yang berlebihan dalam segala bentuk. Kandungan gula yang terlalu tinggi membuat tubuh mengeluarkan insulin berlebihan untuk menormalkan lonjakan gula darah dan mengakibatkan kelenjar pankreas lelah. Kerusakan pankreas membuat penyakit degeneratif yang sangat populer, Diabetes.

2. "buah dan sayur sebagai sumber karbohidrat"
"Berhenti makan beras, tepung atau sumber karbohidrat umum lainnya! Kalau Tuhan mau kita makan beras, kita sudah dikasih tembolok dari lahir!" Masih terkait dengan apa yang diutarakan sebagai konsumsi gula berlebihan, Dr. Tan menekankan pada karbohidrat akan berubah menjadi gula, dimana cadangan gula yang berlebihan akan segera ditransformasikan oleh tubuh dalam bentuk glikogen (disimpan dalam hati - otot) serta trigliserida (lemak). Angka trigliserida tinggi adalah sumber obesitas yang sekarang semakin marak menyerang kehidupan manusia.

"Jangan panik, dengan bilang, kalau gak makan nasi badan saya lemas" Tukasnya sebelum ada pasien yang protes. "Tubuh Anda membangun kebiasaan, bukan memenuhi kebutuhan. Pernah liat orang yang habis makan, makanan Padang? Setelah dua jam, bukannya semakin kuat, mereka malah menjadi mengantuk! So, Anda bilang Anda lemas, kalau tidak makan nasi?"

Dr. Tan memberikan daftar penggantinya segera. Buah dan sayur sebagai sumber karbohidrat. Ia menyajikan urutan buah-buah yang memiliki kandungan fructose -gula alami buah- aman. Ia juga menekankan cara menyajikan sayuran yang baik.

"Jangan bilang Anda sudah makan sayur kalau yang dimakan sayur bening atau sayur cap cay, itu bukan sayur, itu sampah dalam bentuk sayur!" Ucapnya dalam nada tinggi. "Sayur dimasak sudah pasti enzyme-nya mati, gak ada gunanya buat tubuh, paling cuma serat-seratnya aja. Makan sayuran mentah yang dicuci bersih, kalau takut sama petsisida, ya beli yang organic atau tanam sendiri di depan rumah!"

3. tidak ada susu binatang
"Sapi itu begitu anaknya sudah bisa berjalan, ia akan segera berenti menyusui dan membiarkan anaknya mencari makan sendiri, manusia itu satu-satunya species yang cukup gob*** untuk mati-matian mencari susu spesies lain dan merasa membutuhkannya". 

Ia kemudian menyambung lagi, "Anak kecil di atas usia 2 tahun dipaksa minum susu, orang tuanya tidak sadar bahwa anak itu akan mengalami kesulitan pencernaan, karena cadangan enzyme-nya akan terkuras untuk mencerna bahan makanan yang semestinya tidak ia konsumsi lagi". Pendapat yang sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Hiromi Shinya tentang Enzyme pangkal atau miskonsepsi dimana intoleransi laktosa kadang dianggap tidak ada saat sang anak tidak mencret waktu minum susu. Padahal sang anak menunjukan gejala alergi lain, infeksi kulit, eksim, gatal-gatal, sembelit, obesitas, mudah terserang penyakit hingga asma.

Saya sih sudah tahu persis fakta bahaya susu sapi. Dari sisilactose intolerant, casein, non absorb calcium juga gak ada guna-gunanya sedikitpun bagi tubuh. Tapi orang lain? Fakta satu ini membuat mereka terkaget-kaget. Maklum jor-joran uang yang digelontorkan pabrikan susu memang membuat kampanye kebutuhan manusia terhadap cairan produksi binatang ini terasa begitu membahana dan menguasai kehidupan kita.

"Kurang apa kalau kita gak minum susu? Kalsium? Bohong pabrikan itu, kalau gak minum susu kita kekurangan kalsium. Kalsium di susu sapi gak bisa diserap tubuh manusia, titik!" Ia kemudian menunjukan fakta kelicikan produsen susu untuk berkelit dari upaya penipuan saat orang yang minum susu tetap terserang osteoporosis. "Pasti ada tulisan kecil, sangat kecil, di salah satu sudut kotak atau kaleng susu, yang menuliskan kalimat semacam 'Harus disertai dengan aktivitas fisik yang rutin', jadi mereka bisa mengelak dari pasal penipuan ke masyarakat". Ia juga menertawakan satu produsen susu sapi yang begitu gencar memasarkan produk susu kalsium tapi diembel-embeli dengan kalimat 'berjalan 10.000 langkah perhari'. "Anda mau nyuruh kakek-nenek yang renta berjalan 10 kilometer sehari? Gak keropos bener, tapi yang ada mereka matek, kecape'an" ujarnya dengan logat Jawa sangat kental.

4. banyak bergerak.
Sistem limfatik tubuh cuma bisa berfungsi kalau kita bergerak dengan baik.

usaha mati-matian di satu sisi tapi melewatkan sisi yang lain, adalah upaya yang kadang tidak membuahkan hasil maksimal. Menjaga makanan tanpa pernah aktif menggerakan tubuh secara benar akan membuat fitalitas kita terganggu. Demikian pula hal sebaliknya.

KESEMBUHAN HAKIKI
Dr. Tan ini Berhadapan dengan segerombolan pasien yang telah menyia-nyiakan kesehatan mereka dengan berbagai cara, ia harus berlaku keras dan kejam, untuk membuat pasiennya sadar dan mengubah gaya hidup mereka sesuai dengan kebutuhan. "Kita boleh dibilang galak dan saklek. Tapi kalau mau merubah kebiasaan buruk orang, kita gak boleh kompromi. Terserah mereka mau melakukan atau tidak, it's a matter of choice kok" Benar! If you don't like what we do, don't come to us, but if you think what we do can help you, so come!. Sederhana kan?

Kesehatan itu harus bersifat hakiki. Kalau kita sakit, harus dicari penyebabnya, bukan cuma gejalanya yang diatasi, itu bukan penyembuhan, tapi mengulur-ngulur permasalahan" Ia mengarahkan padangannya kepada bapak yang terkena darah tinggi tadi.

Dr. Tan Shot Yen
adalah salah satu ikon dunia kesehatan kelas utama di Indonesia, terutama saat pengobatan naturopati mulai mewabah akibat menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan konvensional. Metodenya yang unik namun ampuh membuat pasien beliau berkembang layaknya bilangan yang dipangkatkan dari waktu ke waktu. Belum lagi tulisan-tulisannya yang trengginas serta mengena bagi banyak pihak, membuat gaung nama beliau makin menggema di seantero jagad negeri ini. To make things even bolder, buku yang ditulisnya menjadi salah satu mega seller di negeri ini. Mega seller? Ya, kalau dihitung sebagai buku kesehatan, sebuah subjek non populer di negara ini. Sebuah bukti bahwa ilmu yang disandangnya dipandang sangat berguna oleh beragam pihak.

alamat praktek:
Komplek Perkantoran CBD - BSD City Sektor 3.3 Blok G No. 22
(Ruko Sebelah Teraskota) - Serpong
Telp. (021) 531 64347 atau hp. 0856 271 2067

Mohon maaf panjang banget, tapi sangat bermanfaat.👍👍🙏

====

Copas dari group sebe[truncated by WhatsApp]

Wednesday, June 28, 2017

Banner ads dan perkembangan iklan online

APAKAH ANDA AKAN MENGKLIKNYA?

Gambar di bawah ini adalah iklan banner ad pertama yang dipasang di situs HotWired tahun 1994. Apakah Anda mengkliknya? Bila iya, begitu pula 78% orang yang melihat iklan itu pada tahun 1994. CTR-nya (clickthroughs rate) 78%. Luar biasa.

Tapi ketika gambar yang sama dipasang pada Facebook Ad tahun 2001, CTR-nya hanya 0,05%.

Oleh Andrew Chen, fenomena ini ia namakan Law of Shitty Clickthroughs:
1. Pelanggan merespon pada hal-hal baru, tapi cepat-lambat akan memudar.
2. Yang pertama tidak akan bertahan.
3. Makin tinggi klik, makin bertambah pula pelanggan yang tak berkualitas.

Poin pertama. Iklan HotWired ini adalah banner ad pertama dalam sejarah. Audien mengkliknya untuk mendapatkan pengalaman baru. Namun pola yang sama direplikasi dan direpetisi terus-menerus oleh banyak orang sehingga menimbulkan kejenuhan. Dengan demikian kebaruan (novelty) dan kreativitas adalah keharusan dalam attention economy. Bagi para pengiklan, wajib bagi mereka untuk melakukan rotasi materi kreatif secara berkala.

Poin kedua. Bila satu cara berhasil, pasti akan diikuti banyak orang. Dan akan selalu ada orang yang uangnya lebih banyak daripada kita. Di masa-masa awal search marketing, AirBNB mengeluarkan dana $ 10.638 per hari untuk menguasai 62.729 keyword. Mereka berhasil. Tapi dengan cepat ditiru oleh kompetitor seperti Expedia, Booking, Hotels, dan Marriott. Akibatnya hasil iklan AirBNB tidak setinggi dulu. Dengan demikian, semua strategi baru yang berhasil memiliki limitasi waktu atas kesuksesan.

Poin ketiga. Strategi marketing kita bisa saja berhasil menguasai sebuah niche atau early adopter dengan menghasilkan CTR atau CPA yang besar. Tapi ketika kita naikkan ke market yang lebih tinggi, hasilnya bisa bertolak belakang. CTR bisa langsung drop, biaya akuisisi (CAC) langsung meninggi, dan lifetime value (LTV) merosot. Artinya, kita mesti mewaspadai metrik dalam skala kecil dan tak mudah terlena pada peluang yang tidak berkelanjutan.

'Hukum Klik' ini pada akhirnya mewajibkan kita untuk menerapkan nomad strategy atau strategi yang terus berubah. Selalu mengembangkan materi kreatif baru, melakukan pendekatan-pendekatan baru, mengujicoba publisher baru, dan menguak kanal pemasaran yang belum disadari oleh orang lain.

Digital marketing adalah salah satu dunia dimana kemapanan dan kenyamanan tidak boleh terjadi.

Membentuk citra, membentuk persepsi

Seringkali kita salah mind set. Mengira bahwa konsumen itu mengejar produk kita. Sehingga kita terlalu menghabiskan waktu pada kualitas produk.

Kita sering lupa bahwa yang dibeli konsumen adalah produk yang 'citranya' terpatri di otak mereka.

Karena itu pastikan bahwa poduk anda difokuskan untuk membangun Brand anda. Packaging adalah salah satu tools untuk identitas Brand anda.

Identitas apa? Identitas 'kualitas' produk anda. Nah. Bingung kan? Hehehe

Tuesday, June 27, 2017

Branding molen horse ; produk lokal so what

Sebagai produk lokal,  bukanlah sebuah kelemahan.  Namun keunggulan.
.. Dilayani secara langsung...
...  Bisa menciprakan koneksi emosi dengan pelanggan. 
... Branding produk lokal.

Kenyaataannya :
Fakta dilapangan "nama itu penting"
Brand masih sangat memegang peranan.
... Perlu brand yang bagus untuk pasar luar bali. Misalnya : kontraktor jakarta. 
..

Create momentum : jadi yang pertama

...  Fabrik produksi mesin molen pertama di bali
(positioning)... Ecosystems
Pertama bikin molennya mungkin tidak penting, Tapi ekosistem yang menyertai nya yang penting  . 
...
...
Membuat website endorser untuk produk bali
...
.. Menjadi website "positioning"  brand produk bali. 
... Dengan positioning yang jelas.  Clear positioning maka akan semakin jelas tujuan,  fokus,  menjadi yang pertama,  meng create momentum.
..

Monday, June 26, 2017

Pelajari polanya (1)

Film tagging di facebook. 
... How to get tag.
Create tag by ur self
..

Create momentum ; jawa pos


   

NewsDemokrasiEkbisLifetrendCantikaTechnoSportHealth

Tiga Momentum Kebangkitan Jawa Pos

Editor :

 Noviyanto

 -

12/09/2011

    

LENSAINDONESIA.COM: Setidaknya ada tiga kejadian besar yang membuat koran ini cukup besar. Revolusi Filipina, Ellyas Pical, dan Persebaya. Nyaris semua itu terjadi secara bersamaan, yakni era 1985 hingga 1987.

Kenyataannya bahwa Jawa Pos mampu mengangkat dirinya, tidak bisa dipungkiri. Jawa Pos melihat ketiga momentum itu sebagai sebuah kebangkitan. Sebagaimana negara, tidak ada negara besar tanpa revolusi. Begitu pula koran.

Revolusi Jawa Pos jelas bukan sekedar pemberontakan mencapai kemerdekaan. Melainkan perputaran ulang. Penggalangan massa (pembaca). Saat itu banyak kebutuhan pembaca yang harus disalurkan, dihargai, dan diapresiasi.

Perlawanan terhadap sekelompok manusia di arus bawah yang tidak lagi menerima suatu kehidupan ideal mulai gencar diseru Jawa Pos. Perasaan yang terhubung kepada orang lain melalui media itu membantu manusia memenuhi kebutuhannya yang terkait dengan harga diri dan pengakuan sosial.

“Banyak terobosan yang dibuat Jawa Pos. Berlomba saling kreatif, saling pinter-pinteran. Aktualisasi diri mereka tidak terbatas,” kata Slamet Oerip Prihadi, mantan redaktur senior Jawa Pos.

Tak kalah penting, Jawa Pos kemudian dijadikan sarana penyampaian informasi, sekaligus pikiran dan sikap orang terhadap informasi. Tak peduli seberapa penting informasi itu. Tapi ketika informasi tersebut menarik perhatian orang, maka tentunya juga akan direspon orang lain dan begitu seterusnya.

Rasa ingin tahu itulah yang kemudian disalurkan melalui respon masing-masing. Jadilah sarana informasi membesar bak bola salju. Jadilah, ia trending topic.

Dan, momentum Revolusi Filipina, Ellyas Pical, Persebaya dijadikan Jawa Pos sebagai momentum kebangkitan. Orang diajak untuk peduli, diajak untuk menyukai kebiasaan yang tidak biasa.

“Kebiasaan yang tidak biasa itu kemudian pembicaraan hangat. Orang, kalau belum baca Jawa Pos kok rasanya tidak enak,” kata Slamet.

Duduk sambil ngopi di warung, rasanya tidak enak kalau tidak membicarakan Revolusi Filipina. Revolusi Filipina saat itu memang menjadi sebuah kerinduan bangsa dimana negara sudah terlalu lama diam dalam kebisuan orde baru. Dan Jawa Pos memberangkatkan satu-satunya wartawan perempuan –Nani Wijaya — ke Filipina untuk meliput berita-berita tersebut.

Saat itu memang menjadi akhir dari rezim otoriter Presiden Ferdinand Marcos dan pengangkatan Corazon Aquino sebagai presiden. Nani Wijaya berhasil melakukan itu. Dia bahkan mendapat penghargaan dari Presiden Corazon Aquino. Jawa Pos kian fenomenal.

Begitu pula dengan Ellyas Pical. Dia merupakan jawaban atas kegundahan semua orang. Ketika tidak ada prestasi membanggakan, Ellyas Pical muncul dan membawa harapan bagi semua orang.

Berturut-turut sederet prestasi tingkat dunia diraih Ellyas Pical, seperti juara OPBF setelah mengalahkan Hi-yung Chung asal Korea Selatan dengan kemenangan angka 12 ronde pada 19 Mei 1984 di Seoul, Korea Selatan. Atas kemenangan ini, Pical menjadi petinju profesional pertama Indonesia yang berhasil meraih gelar internasional di luar negeri.

Sementara Persebaya, boleh dibilang muncul sebagai wujud kearogansian daerah yang dibangun Jawa Pos untuk menunjukkan superiotas kedaerahan. Dan kebetulan, Jawa Pos saat itu menjadi satu-satunya koran nasional yang terbit dari Indonesia Timur, yakni Surabaya.

“Senjata inilah (Revolusi Filipina, Ellyas Pical, Persebaya) yang dipakai Jawa Pos untuk melakukan gebrakan,” terang Slamet.

Adanya momentum ini, tentu saja tidak bisa dianggap momentum biasa. Momentum ada tapi jika tidak bisa dicreate, tentu hanya melahirkan kesia-siaan. Dahlan Iskan memodifikasi momentum dengan gaya khasnya, gaya ala Tempo. Tak ayal, tiras Jawa pos meningkat.

Slamet menambahkan, pada tahun 1986, Jawa Pos mulai bangkit. Jawa Pos sudah memiliki kader-kader terbaik. Di situ ada Margiono dan Sholihin Hidayat. Keduanya angkatan baru.

Slamet teringat, saat itu dia pernah melakukan tes wawancara wartawan terhadap Margiono dan Sholihin Hidayat. Dia tahu jika Margiono orang cerdas.

“Pak Dahlan mempunyai kader terbaik. Margiono salah satunya. Saat itu dia masih wartawan. Tapi dia wartawan yang cerdas, kutu buku. Tak semua wartawan seperti dia. Seorang Margiono bisa menulis 10 berita dalam sehari,” cerita Slamet.

Karena itu saat Margiono naik jabatan, Slamet tidak heran. Dengan posisi Margiono saat itu, banyak terobosan baru. Jawa Pos semakin kreatif. Dia juga yang mengusulkan memberangkatkan Boy Bolang, promotor tinju dunia yang pernah melambungkan nama Ellyas Pical, ke Amerika. Di Amerika Boy Bolang didapuk untuk melakukan reportase pertarungan Sugar Ray Leonard.

Itulah koran pertama dari daerah yang berhasil meliput berita tinju dunia. Sangat fenomenal. Dan, oplah pun merangsek naik.

“Satu-satunya koran daerah di Indonesia yang melaporkan pertarungan legendaris antara Sugar Ray Leonard versus Marvin Hagler,” Slamet mengenangkan pertarungan legendaris itu terjadi pada tahun 1987.

Margiono termasuk orang yang bisa menerjemahkan semua pemikiran Dahlan Iskan. Banyak hal-hal baru yang muncul sehingga Jawa Pos layak diperhitungkan media mana pun.

Begitu pula dengan Sholihin Hidayat (Kohin), di tangan Kohin Jawa Pos memiliki ruh sendiri. Jawa Pos semakin berani. Banyak perjuangan Jawa Pos yang belum terealisasi, kemudian berhasil direalisasi.

“Jawa Pos mulai melakukan reformasi kebudayaan ketika memasuki era Dhimam Abror. Di jaman Abror, satu-satunya koran yang berani mengubah tampilan kolom hanya Jawa Pos,” terang Slamet.

Saat itu semua koran di Indonesia rata-rata memiliki kolom baca 9. Ukurannya pun lebar-lebar. Barulah Jawa Pos mengubahnya menjadi 7 kolom. Ini tentu inovasi baru dalam dunia media.

“Bentuk ukuran diubah menjadi 7 kolom, tentu bukan perkara mudah,” kata Slamet.

Banyak inovasi yang dikembangkan di era Abror. Salah satunya memunculkan Radar. Koran Radar inilah yang kemudian mengakar hingga kemana-mana, bahkan ke seluruh nusantara.

Arief Afandi termasuk pimred yang akademis, dan mungkin satu-satunya yang ada di Jawa pos. Beda pimpred, beda masa, beda orang. Dengan Arief Afandi memimpin Jawa Pos, banyak cendekiawan dan tokoh politik yang berhasil dirangkul Jawa Pos.

Masa Arief, dia berhasil meningkatkan pembaharuan di tingkat pembaca dengan menargetkan pembaca kawula muda. Diantaranya, Arief dinilai pandai ngemong Azrul Ananda, yang kemudian menjadi cikal bakal era baru (regenerasi). Hal baru inilah yang menjadi harapan besar ke depannya bagi Jawa Pos.

Ini tentu seperti dalam bayangan Dahlan Iskan: Hirarkhi yang panjang kadang hanya lahir karena tidak kompetennya pemegang hirarkhi, atau tidak fokusnya pemegang hirarki (biasanya karena banyak obyekan) atau feodalisme pemegang hirarkhi.

Era Azrul Ananda, Jawa Pos lanjut Slamet, selangkah lebih maju. Jawa Pos mulai berani menjaring generasi muda. Tentu ini tidak gampang. Di sini tren menjadi ruh Jawa Pos.

Dengan Azrul Ananda sebagai anak Dahlan Iskan, tentu sangat mudah untuk mengajukan anggaran yang besar, termasuk pembangunan DBL dan Deteksi. Seandainya orang lain, mungkin tidak akan bisa.

Tapi semua itu juga tidak akan berhasil jika tidak didasari dengan konsep yang matang. “Sebagai orang muda, Azrul mampu berbicara dengan bahasanya sendiri. Banyak perubahan yang dilakukan Jawa Pos,” kata Slamet.

Namun demikian tidak semua angin pembaharuan berhasil dilakukan Jawa Pos. Terkadang Jawa Pos, mengalami distorsi. Pembangunan publik opinion tidak terasa seperti ketika era pendahulunya.

“Jawa Pos kurang landep (tajam). Daya kreatifnya kurang. Angin pembaharuan tidak greget. Tidak ada salahnya jika Jawa Pos kembali ke fitrahnya,” pungkas Slamet.bersambung/novi/LI-07

 

    

Berita SebelumnyaPM Yunani Tolak Bicarakan Standar Diluar Zona Euro

Berita SelanjutnyaKuota Tambahan Calhaj Jatim Belum Ditentukan

BERITA TERKAITBACA JUGA

HEADLINE JATIM RAYA

Divonis 2 tahun penjara, Dahlan Iskan tetap jadi tahanan kota

HEADLINE DEMOKRASI

Dahlan Iskan divonis 2 tahun penjara: Ini pelajaran untuk para dirut

HEADLINE DEMOKRASI

Beri kuliah umum di UNUSA, Wapres JK ajak generasi muda jadi enterpreneurship

DISCLAIMER PEDOMAN MEDIA SIBER TENTANG KAMI SITEMAP

© 2010-2017 LICOM | LensaIndonesia.com

Industry kreatif china

Bisnis kreatif...

Kalau anda kepasar tradisional China, anda akan menemukan banyak barang merek terkenal dari elektronik, tas, sepatu, baju, jam tangan, Hp, dan lain lain dengan harga sangat murah. Hanya 10% dari harga merek yang sama di Mall Hong Kong. Anda jangan terkejut bila barang barang tersebut mudah rusak atau kusam  karena itu bukan asli.Itu semua barang palsu hasil kreatifis pengrajin China. Bukankah China telah meratifikasi TRIPs :Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights. Mengapa membiarkan pemalsuan merek, tanya saya. Pejabat china dengan tersenyum berkata bahwa pemerintah tidak bisa menjamin UU ini akan efektif menghentikan pemalsuan dan pelanggaran hak cipta”. Mengapa ? Apapun yang dilarang di China akan disikapi sebagai peluang. Karena pandangan bagi kebanyak orang China bahwa setiap yang dilarang akan mengurangi kompetisi maka larangan tersebut bukannya menghentikan pemalsuan, malah menyuburkan. Berkali kali pengerebekan dilakukan oleh aparat hokum namun disikapi oleh mereka dengan biasa saja. Hukuman yang diterapkan tidak lebih hanyalah penyitaan barang. Hari berikutnya mereka akan kembali dengan produksinya. Mungkin bagi masyarakat china, tidak ada pelanggaran yang ditakuti selain produk yang mendukung propaganda anti komunis. Untuk ini , pelakunya akan langsung dihabisi tanpa kecuali.

Memang awalnya mereka hanyalah kelas pemalsu atas dasar kreatifitas usaha rumahan namun lambat laut berkat binaan dari pemerintah mereka bisa tumbuh dan berkembang menjadi industri berkelas dunia dan menjual hasil produksi mereka ke manca negara. Rasanya tidak mungkin pemerintah China mematikan kreatifitas rakyatnya hanya karena UU TRIPS. Hampir disemua kota di China menyediakan pasar khusus untuk menampung produksi dari kreatifitas masyarakat ini. Di China ada satu kelurahan yang 90%  penduduknya berbisnis  lukisan minyak. Kelurahan itu bernama Dafen terletak di kota Shenzhen. Kalau anda ingin reproduksi lukisan monalisa percis sama dengan aslinya maka datanglah ke Dafen.Ongkosnya sangat murah.

Di kota Cahmuto ada theater dengan akustik berkelas dunia yang menaungi 8 panggung untuk seni pertunjukan Drama China traditonal. Penduduk Distrik ini hidup dari menjual seni drama China dan hampir semua turis manca negara menyempatkan datang ke tempat ini.

Di Qintao, shandong, apapun kebutuhan anda akan perangkat lunak computer akan disediakan oleh ribuan bisnis IT yang sebagian besar dikelola oleh anak muda dengan karyawan tak lebih dari  5 orang. Soal harga , jangan tanya. Sangat murah. Hampir sebagian besar mereka mendapatkan pesanan dari perusahaan Software developer dari Amerika, Eropa, Korea dan lain lain.

Sejak tahun 1993 China mulai menjadikan ekonomi kreatif sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi untuk pemerataan. Mengapa ini dijadikan tulang punggung? karena ekonomi ini tumbuh dari kekuatan lokal dan berkembang karena kearifan lokal. Berbeda dengan ekonomi yang tumbuh karena sumber daya alam, yang berkembang karena investor asing dan tumbuh dibawah jajahan asing yang menguasai takhnology dan modal.

Di China pengembangan ekonomi kreatif ini benar benar dijalankan dengan serius oleh seluruh pejabat pemerintah dari level RW sampai ke presiden. Bila ada saja ide yang bagus dari rakyat dan mendapat response dari pasar maka RW akan segera melaporkan kepada Lurah dan lurah akan langsung terjun membina dan bila saatnya memerlukan dukungan lebih tinggi maka lurah akan membawanya ke Camat dan terus ke bupati dan Gubernur akhirnya presiden. Disemua pusat ekonomi kreatif, setiap universitas berlomba lomba menyediakan klinik bisnis yang bertugas memberikan mentor kepada pelaku ekonomi kreatif dibidang design, marketing, perizinan, permodalan, bahasa inggeris.

Di China sekarang tercatat jumlah pelaku ekonomi kreatif  mencapai 80 juta orang. Sebagian besar mereka tergolong usaha kecil menengah. Sejumlah mereka tersebut rata rata menampung 10 orang tenaga kerja per unit usaha atau secara total sumbangan ekonomi kreatif tersebut terhadap penyedia lapangan kerja sebesar 800 juta. Artinya mereka mampu menampung seluruh angkatan kerja di china. Hampir 1 milliar penduduk china masuk dalam kelompok menengah dengan penghasilan USD 24,000 per tahun. Jumlah ini akan terus bertambah dengan semakin gencarnya kampanye pemerintah untuk melawan kehadiran pengusaha asing di china agar rakyat china dapat menjadi tuan dinegerinya sendiri disegala bidang. Tapi lihatlah daftar orang terkaya didunia. Dari 100 orang terkaya didunia tidak ada satupun berasal dari China namun peringkat pertama didunia dalam hal jumlah kelompok menengah adalah china.

Menjadikan rakyat sebagai modal utama pembangunan untuk kemakmuran haruslah diawali dari perbaikan  attitude atau etos atau akhlak.  China bisa berhasil karena telah melewati revolusi kebudayaan yang memaksa orang berpikir rasional bukan mistik. Terjadinya transformasi dari masyarakat feodal menjadi masyakat egeliter. Dari birokrasi menjadi meritokrasi. Inilah visi misi Jokowi untuk Indonesia yang sejahtera dan bermartabat. Yang diawali dengan program revolusi mental melalui pendidik disemua jenjang dan sekaligus reformasi birokrasi melalui e-government. Jangan berharap pengurasan SDA untuk kemakmuran rakyat karena itu hanya omong kosong. Pembangun yang bersandar kepada SDA hanyalah menguntungkan pemodal dan penguasa. Rakyat hanya akan jadi penonton..

Sunday, June 25, 2017

Kelas menengah indonesia

Kelompok Menengah..
Di Jakarta, kalau saya ingin minum secangkir hot capucino di Starbucks, kadang  tak selalu tersedia korsi yang kosong. Hampir semua outlet Starbucks selalu ramai dikunjungi konsumen. Padahal harga secangkir kopi setara dengan USD 4. Itu sama juga dengan dua kali penghasilan sehari orang yang dikatagorikan miskin oleh BPS yang berjumlah 123 juta orang di Republik ini. Kalau anda pergi ke kawasan BLOCK CITY seperti Kelapa Gading, BSD, Modern Land, Lippo dan lain lain maka anda akan temui mereka tinggal dan beraktifitas. Lingkungan yang nyaman, tertip dan aman. Belum lagi tingkat disiplin yang tinggi karena system lingkungan yang tertata rapi, yang sehingga selalu bersih dari sampah yang menusuk hidung.
Ketika duduk santai sambil menikmati secangkir kopi maka saya perhatikan para pengunjung sebagian asyik dengan Note book, Tablet, Iphone. Tentu mereka sedang berinteraksi dengan pihak lain melalui device communication nya yang terhubung dengan WIFI.  Melihat suasana di Starbucks , saya merasa berada di Orchard Singapore atau di Causeway Bay Hong Kong atau di CItic Plaza Shenzhen atau dockland London. Mereka adalah kelompok kelas menengah Indonesia yang jumlahnya sejak sepuluh tahun belakangan ini bertambah dua kali lipat.
Pada tahun 1999 kelompok kelas menengah baru 25 persen atau 45 juta jiwa, namun satu dekade kemudian melonjak jadi 42,7 persen atau 93 juta jiwa. Sedangkan jumlah kelompok miskin berkurang dari 171 juta jiwa menjadi 123 juta jiwa. Data itu direkam dari survei sosial ekonomi nasional  yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik pada 1999 dan 2009 . Cara  membedakan kelompok miskin dan kelas menengah dengan memilah jumlah pengeluaran individu per hari. Yang dimaksud kelompok miskin adalah penduduk dengan pengeluaran di bawah US$2 per hari.
Sedangkan, pengeluaran US$2 ke atas atas tergolong kelas menengah yang dikelompokkan dalam sejumlah kategori.  Kategorinya sebagai berikut. Kelas menengah bawah adalah mereka yang pengeluarannya sejumlah US$2-4 per hari, menengah-tengah US$4-10, menengah-atas US$10-20, dan kelompok berkecukupan dengan pengeluaran US$20 per hari. Berdasarkan data itu, jika diperinci lebih jauh, selama sepuluh tahun, kelompok menengah-bawah telah naik dua kali lipat dari 37 juta menjadi 69 juta jiwa. Kelompok menengah-tengah meningkat hampir tiga kali lipat ,dari 7,5 juta menjadi 22 juta jiwa. Kelompok menengah-atas naik lima kali lipat dari 0,4 juta menjadi 2,23 juta jiwa. Sedangkan, kelompok berkecukupan naik 0,1 juta menjadi 0,37 juta jiwa.
Saya tidak tahu  apakah data tersebut valid ? Namun yang saya tahu pasti era dua periode SBY memang kelompok menengah bertambah seiring meningkatnya APBN yang telah tembus Rp. 1000 triliun. Lantas bagaimana bisa tumbuhnya kelompok menengah ini? Apakah dikarenakan daya dukung produksi nasional memang meningkat ?  Menurut saya, ini bukan didasarkan kepada meningkatnya produksi riil yang berbasis SDM dan creativitas tekhnology tapi lebih dipicu oleh naiknya harga komoditas yang berhubungan dengan Sumber Daya Alam, seperti minyak, CPO, Coal, Coklat, dll. Kenaikan harga komoditas ini menguntungkan kelompok menengah yang terlibat didalamnya. Mereka adalah para professional, pedagang, Karyawan, buruh , PNS , politisi dan lain sebagainya. Ditambah lagi, business turunan dari kenaikan harga komoditas itu berkembang pesat dalam maraknya pasar domestik yang umumnya berbasis produk import. Penjualan mobil , Perumahan , barang elektronik meningkat pesat. Pelanggan telp selular juga meningkat pesat bahkan Indonesia merupakan pelanggan selular nomor tiga terbersar di dunia.
Dari keadaan inilah ekonomi Indonesia tumbuh pesat di era SBY dan keadaan politik adem. Kelompok menengah menikmati pesta sepanjang tahun. Mereka dikenal Mat Nyinyir yang hanya pandai berbicara tak jelas lewat facebook , twitter dan lain sebagainya dan setelah itu mereka lebih suka nonton konser artis dari luar negeri. Liburan ke manca negara. Tahun 2013  Ketika harga komoditas turun dan ekspor juga menurun maka kelompok menengah inipula yang paling banyak mengeluh. Tak sedikit yang menyalahkan pemerintah. Tadinya ketika Amerika , Eropa Barat dan Jepang memanjakan SBY  dengan hutang dan investasi, tak ada gaung nasionalisme. Bahkan bagi mereka bekerja di perusahaan asing adalah kebanggaan. Lulusan universitas terbaik berlomba lomba bekerja dengan asing. Tahun 2014 ketika Pilpres,  Silent Mayority  yang merupakan kelas menengah ini yang menjadi pemilih JKW dan juga PS, yang selisihnya kecil sekali.
Kini di Era Jokowi, ketika orientasi pembangunan dari konsumsi ke produksi di canangkan dan business non-tradable di pangkas, maka mulai bangkit nasionalisme dan paranoid asing atau aseng. Bahkan ada yang bernostalgia untuk kembali ke era Orde Baru. Namun banyak pula yang tetap sadar untuk tetap berpikir positip. Contoh lahirnya gerakan Teman Ahok adalah kesadaran kelompok menengah yang ingin tegaknya keadilan sosial yang di kelola dengan cara modern dan transfarance. Walau masih ada sebagian besar kelas menengah yang rentan, pragmatis namun tetap sebagai potensi besar untuk lahirnya Indonesia baru. Apalagi kelompok menengah dan atas ini menguasai diatas 70% sumber daya keuangan nasional. Mereka eksis dan patut dikelola dengan cerdas. Kehebatan kelompok menengah yang akhirnya menjadi locomotive pertumbuhan ekonomi berkelanjutan telah dibuktikan oleh China, Korea, Taiwan, Jepang dan Malaysia.
Inilah tantangan dan sekaligus resiko politik dibalik peluang kebijakan pro-produksi Jokowi. Kelas menengah yang lahir di era SBY  90% berasal dari business rente atau non tradable. Ini bukan potensi untuk bisa menjadi mesin ekonomi nasional. Mereka renta dan pragmatis. Makanya perlu revolusi mental. Apakah Jokowi tergantung dengan kelas menengah seperti itu ? tidak. Dari postur APBN dan meluasnya dukungan dana untuk UKM, sektor informal , dana desa , perluasan pembangunan insfrastruktur ekonomi tak lain adalah re-design masyarakat kelas menengah baru yang tidak lahir dari  rente tapi dari kegiatan produksi. Dari rekayasa APBN maka social engineering terbentuk, dan mereka yang berada di comfort zone bisa berubah untuk kreatif beproduksi. Yang engga mau berubah jadi haters dan hanya masalah waktu mereka akan digilas oleh arus perubahan itu sendiri..Maka indonesia di masa depan akan punya kelas menengah yang kuat untuk lahirnya ke

Likuiditas kering

Indoensia hebat...

Saya bertemu dengan teman lama saya di Beijing. Dia tertarik untuk ikut tender pengambil alihan Pembangkit listri geothermal yang merupakan portfolio milik Chevron. Yang saya tahu ada dua konglomerat China yang sudah masuk list peserta tender. Dalam list itu masuk juga nama Pertamina, PLN dan Medco. Teman saya bertanya sejauh mana kemungkinan bisa menang. Saya hanya angkat bahu. Karena portfolio ini yang paling menguntungkan bagi CHEVRON. IRR yang tinggi diatas rata rata. Belum lagi fuel yang di hasilkan oleh panas bumi yang ada di Indonesia dan Philipina sangat besar. Tentu akan banyak trilion dollar pemain yang mau ambil bagian. Namun tidak nampak TNC dari Amerika dan Eropa. Kemana mereka ? Ini bukannya mereka tidak tertarik tapi karena financial resource sudah mengering. Bank yang ada di Eropa dan AS termasuk papan atas sibuk mengatasi bleeding akibat dana menumpuk namun sulit di salurkan akibat aturan ketat OJK agar mereka lebih mengutamakan kesehatan NPL daripada melakukan ekspansi kredit. Dan lagi CHEVRON melepas asset terbaiknya untuk menyelesaikan NPL nya di bank dan membayar uang pesangon untuk PHK massal demi merampingkan perusahaan.
Saya tidak membahas mengenai proses pelepasan asset terbaik milik Chevron itu. Saya ingin menyampaikan bahwa betapa krisis global sekarang yang di picu oleh jatuhnya Lehman, dan kemudian berlanjut jatuhnya secara tajam harga komoditas dunia, termasuk Minyak. Petronas mencatat penurunan laba yang significant. Sekarang mengikuti langkah  Chevron yaitu melakukan restruktur business dan rasionalisasi asset agar cost bisa di tekan untuk bertahan di tengah harga minyak yang tak cukup memberikan laba. Ini bukan saja berdampak kepada business utama minyak tapi juga downstream dan supply chain serta usaha jasa pendukungnya. Satu demi satu rontok , ada yang berusaha bertahan dengan menggalang sinergi namun tak lebih hanya menunda ke bangkrutan. Arab Saudi yang merupakan eksportir minyak terbesar dunia, sekarang mengalami defisit anggaran 16% dari GDP. Memotong secara drastis anggaran kesehatan dan pendikan sampai 35%. Membatalkan proyek kemanusiaan untuk program rumah murah sebesar USD 20 miliar. Tahun tahun kedepan Defisit akan semakin membesar. Kecuali Arab mau melakukan restruktur APBN secara significant dan reorientasi revenue dari crude oil ke Industry. Venezuela yang tadinya membanggakan kepemimpinan sosialis yang pro rakyat , harga minyak , sudah lebih dulu tumbang dengan ratapan pemuja sosialisme.
Likuiditas mengering. Daya beli yang di picu oleh semangat menumput stok sudah tidak ada lagi karena tidak ada lagi bank yang biayai stok. Aturan bursa komoditi semakin ketat sehingga tidak mungkin instrument sintetik dapat di pakai untuk membeli dan kemudian menjual untuk profit taking. Bukan hanya bisnis yang bertumpu kepada komoditas yang tumbang, juga banyak industri yang gulung tikar. Ada juga yang bertahan dengan melakukan penurunan kapasitas produksi dengan korban PHK yang tak bisa di elakan. Semua sedang berproses kepada tahap penyesuaian ( adjustment economic ) agar tercapai titik ke seimbangnan real. Mengapa ?  Pertumbuhan economy yang di capai negara maju dalam tiga dasawarsa sebelumnya di sebabkan oleh nafsu untuk meningkatkan pendapatan di luar daya serap pasar yang sebenarnya. Bukan hal yang aneh, banyak orang punya kendaraan lebih dari 1, rumah lebih dari 1, TV lebih dari satu di rumah, Gadget lebih dari satu, dan banyak lagi konsumsi terjadi bukan karena kebutuhan tapi karena keinginan yang tak terpuaskan. Semua itu tidak di bayar dari pendapatan real tapi dari berhutang. Karena negara memberikan peluang pertumbuhan lewat konsumsi dengan kemudahan berhutang.
Dari keadaan tersebut diatas, kita termasuk bersyukur karena BUMN sebagai tulang punggung negara dalam program stimulus ekonomi cepat di antisipasi dari proses kebangkrutan seperti halnya Chevron, Petronas, dan banyak lainnya. Karena  pemerintah sejak 2015, 2016 cepat melakukan restruktur permodalan melaui Penyertaan Modal Negara (PMN) dan cepat pula melakukan restruktur APBN dari konsumsi ke produksi. Sampai kini proses restruktur APBN terus berlangsung termasuk perluasan penerimaan pajak lewat program Tax Amnesty. Apa hasilnya?
Pertamina mencatat laba signifiacant di bandingkan sebelumnya, bahkan dengan percaya diri untuk ambil alah porfolio milik Chevron, PLN juga mencatat laba dengan efisiensi hebat sehingga punya kemandirian untuk ambil alih pembangkit listrik swasta yang lesu darah, dan melakukan ekspansi membangun  25,000 MW untuk program 32,000 MW. Di tengah negara negara kesulitan likuiditas dengan cadangan devisa drop, devisa kita tetap bertahan ,  bahkan berpotensi meningkat akibat capital inflow dari adanya progra Tax Amnesty. Teman di Beijing bilang, Indonesia bisa bertahan bahkan berpotensi memenangkan persaingan global karena struktur biaya coporate memang rendah dan kapasitas nasional corporate juga rendah. Jadi gejolak pasar uang dan komoditi sebagai hantu menakutkan bagi corporate dan negara yang rakus tidak terjadi bagi Indonesia…

Pendidikan di china

REFORMASI PENDIDIKAN
(CHINA).

Tahun 1979 , usai  kunjungan Deng Xioping  ke Amerika, ada dua gebrakan yang dilakukannya yaitu reformasi ekonomi dan reformasi pendidikan.  Menurut Deng, kehebatan Amerika bukan terletak kepada sumber daya alamnya.Tapi terletak pada sumber daya manusia. Deng sangat terinspirasi dengan kehebatan generasi Amerika yang berhasil membawa Amerika sebagai pemenang perang dunia kedua dan memimpin perubahan dunia yang lebih baik. Generasi itu lahir dari sistem pendidikan yang hebat, katanya dihadapan 1000 orang cerdik pandai yang hadir di Aula Rakyat. Apa kehebatan generasi Amerika itu? 

Amerika mampu melahirkan Generasi para pionir disegala bidang. Orang  berjiwa pionir ( pemula)  karena dia punya semangat inovasi ( pembaharu). Orang mampu melakukan inovasi karena dia berpikir kreatif. Pikirannya tidak mati. Dia berpikir merdeka. Dia bukan gemar menjadi follower. Orang bisa berpikir kreatif karena dia dididik untuk mandiri. Ia adalah produk dari generasi yang dilatih dan di didik untuk mampu berlajar sepanjang masa menemukan potensi dirinya dan menjadi captain atas dirinya sendiri. Demikian Deng mencanangkan reformasi pendidikan di China.  Sebetulnya yang dilakukan oleh Deng adalah copy paste dengan yang ada di Amerika namun dia sesuaikan dengan budaya China.  Kalau tadinya sistem pendidikan China siswa-siswa belajar keras untuk menghadapi berbagai ujian selama persekolahan serta satu ujian besar untuk memasuki perguruan tinggi yang dikenal dengan nama Gaokao. Reformasi pendidikan, Deng menghapus sistem pendidikan  yang sangat keras dan ketat itu.Reformasi  sistem pendidikan China bertujuan mendorong terjadinya semangat partisipasif dan creativitas pelajar.

Namun tahun delapan puluhan Amerika melakukan reformasi Pendidikan dengan sistem standarisasi sebagai akibat dari kebijakan kapitalisme pendidikan. Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) ada dibalik reformasi pendidikan di Amerika. Sistem Pendidikan harus beorientasi kepada penyediaan tenaga kerja yang memiliki pengetahuan dan keahlian. Karenanya kurikulum disusun lebih menekankan pada pengetahuan dan keahlian atau transfer knowlwedge sesuai dengan buku yang juga sudah distandarisasi. Sekolah ada ratingnya untuk menerima orang yang sesuai dengan ratingnya.

Apa hasilnya?  demi rating, semua orang menghalalkan segala cara untuk mencapai terbaik. Termasuk mencontek agar lulus dengan cara culas untuk qualifed masuk bursa kerja dan poles image agar qualified masuk bursa Kampus bergengsi. Soal kualitas hanya sebatas procedural belaka. Substansi pendidikan untuk perbaikan etika dan moral terdulasi sedemikian rupa akibat sistem kompetisi yang dibangun. Maka generasi yang dibangun adalah generasi yang miskin empati. Individualis terbentuk seiring lahirnya budaya hedonisme. Semua sibuk dalam kegegemaran memoles diri menjadi masyarakat cepat saji. Seperti Mi Instant , rasa soto tapi bukan soto. Rasa ayam tapi bukan ayam. Sarjana tapi bukan sarjana. Anggota dewan tapi bukan anggota dewan. Presiden tapi bukan presiden. Guru tapi bukan guru. Tentara tapi bukan tentara. Pengusaha tapi bukan pengusaha. Substansi terhalau, yang ada hanyalah topeng.

Tahun 1998 China dilanda krisis sebagai dampak luas dari krisis mata uang Asia. China dengan cepat bisa keluar dari krisis karena ketika itu generasi yang tampil digaris depan dalam pembangunan China adalah generasi yang lahir dari sistem reformasi pendidikan ala Deng. Mereka kuat dan cepat menyesuaikan diri dari hantaman badai krisis dengan tingkat kreatifitas tinggi melahirkan solusi untuk menjadi lebih baik. Benarlah setelah krisis itu China semakin kokoh dalam pertumbuhan ekonominya dan membuat Amerika semakin terhuyung dalam perang mata uang. RMB semakin perkasa dan Dollar semakin loyo.

Tahun 2010 Newsweek menampilkan artikel berjudul The Creativity Crisis yang di dalamnya juga menceritakan perjalanan Prof. Jonathan Plucker, pakar psikologi pendidikan dari Indiana University, ke Cina. Saat berbincang dengan para pendidik di Cina, Plucker menceritakan bahwa pendidikan di Amerika sedang mengarah kepada lebih banyak tes, kurikulum yang terpusat serta hapalan-hapalan. Para pendidik di Cina itu tertawa dan mengatakan, “Kami sedang menuju ke arah sistem pendidikan Anda sebelumnya (yang lebih fleksibel), kok Anda malah berlari menuju sistem pendidikan kami sebelum ini [yang lebih kaku)”. China unggul ketika China meniru sistem pendidikan Amerika sebelum tahun 1980 dan Amerika terpuruk ketika meniru sistem pendidikan sentralistik dan kaku seperti dulu China terapkan ala Mao.

Keberhasilan reformasi ekonomi China karena didukung oleh reformasi sistem pendidikan.  Kini middle class yang merupakan asset bangsa china yang juga berperan besar sebagai mesin pertumbuhan ekonomi adalah mereka yang dididik melalui sistem pendidikan reformasi ala Deng. Kejatuhan ekonomi Amerika karena terjadinya perubahan sistem pendidikan yang flexible menjadi  serba kaku dan standard  serta diskriminasi berdasarkan rating. Lembaga pendidikan menjadi lembaga bisnis  yang  hanya mencetak orang jadi jongos kapitalis.  Para  alumni dari sistem pendidikan yang kaku itu telah mengakibatkan industry dan lembaga keuangan Amerika bangkrut. Inovasi terhambat dan kreatifitas terhenti , para sarjana bukannya menjadi asset bangsa malah menjadi beban negara.

Apa yang diterapakan oleh Amerika juga dipaksakan untuk diterapkan di negara berkembang, termasuk Indonesia sebagaimana recomendasi dari OECD. Akibatnya jangan terkejut bila semakin lama kita kehilangan banyak nilai lama dari kaum terpelajar. Sistem pendidikan lepas dari orbit agama dan budaya. Menteri pendidikan dan kebudayaan diganti menjadi menteri Pendidikan saja. Kebudayaan menjadi komoditas untuk dijual sebagai object wisata. Para anak anak kita bukannya menjadi asset tapi menjadi beban negara, yang selalu mengeluh,nyinyir dan berlomba lomba jadi pekerja walau itu pantas disebut jongos karna gaji tidak cukup layak hidup sebulan.

Semoga Jokowi dapat mengembalikan sistem pendidikan yang berorientasi kepada Akhlak dan etos kemandirian untuk lahirnya kaum pembaharu yang kreatif, kerja keras dan tidak pisimis. Hanya generasi yang seperti itu akan membuat apapun reformasi sosial , ekonomi dapat berhasil.