Alfachart
Tech in AsiaToggle navigation
Startup
Alfacart Kembangkan Layanan O2O seperti Kudo dan Fitur Shop by Barcode
Aditya Hadi Pratama4:16 PM on Apr 18, 2017
Sejak resmi beroperasi pada tanggal 30 Mei 2016 yang lalu, Alfacart selalu menonjolkan dua hal yang membedakan mereka dengan e-commerce lain di tanah air, yaitu layanan online to offline (O2O) dengan mengandalkan jaringan toko offline Alfamart, serta fokus ke penjualan sayuran dan barang kebutuhan sehari-hari.
Alfacart sendiri telah bekerja sama dengan sekitar delapan ribu toko Alfamart di seluruh Indonesia, yang bisa digunakan untuk tempat mengambil dan mengembalikan barang pesanan, hingga tempat melakukan pembayaran. Seperti tak cukup dengan jaringan yang besar tersebut, pada tahun 2017 ini Alfacart berniat untuk memperluas jaringan O2O mereka ke toko-toko offline lain di luar jaringan Alfamart, hingga ke warung-warung yang ada di sekitar rumah kamu.
Mereka bahkan telah menjalin kerja sama dengan lima jaringan toko offline besar di tanah air, yang setuju untuk bergabung dengan jaringan O2O Alfacart. Sayangnya, mereka belum bisa menyebut nama-nama perusahaan tersebut.
Toko offline dan warung tersebut nantinya juga tidak hanya bisa digunakan oleh pengguna Alfacart sebagai lokasi pengambilan barang. Mereka pun bisa berfungsi sebagai Purchase Point, yang memungkinkan kamu untuk berbelanja online di toko-toko tersebut.
“Strategi tersebut telah kami uji coba (pilot) mulai bulan ini. Ke depannya, para pengguna akan bisa berbelanja online di toko-toko kelontong di sekitar mereka,” jelas Catherine Hindra Sutjahyo, CEO Alfacart, kepada Tech in Asia Indonesia.
Sekilas, konsep tersebut serupa dengan layanan milik startup tanah air Kudo, yang baru saja diakuisisi oleh layanan transportasi online Grab pada awal bulan April 2017 ini.
Efektivitas layanan O2O yang cukup tinggi
Catherine Hindra Sutjahyo, CEO Alfacart
Keputusan Alfacart untuk mengembangkan jaringan O2O dan menjadikannya sebagai lokasi berbelanja online bukannya tanpa alasan. Pasalnya, lebih dari delapan puluh persen dari seluruh transaksi yang mereka layani, kini telah memanfaatkan toko Alfamart sebagai tempat pengambilan barang. Sedangkan untuk fitur pembayaran di toko Alfamart, ada tujuh puluh persen pengguna mereka yang memilih untuk menggunakan fitur tersebut.
“Awalnya saya tidak menyangka kalau angka tersebut bisa sefantastis ini,” tutur Catherine.
BACA JUGA
Alfacart ternyata melayani cukup banyak transaksi dari luar Jabodetabek
Keputusan untuk memperluas jaringan O2O ini diharapkan bisa membuat Alfacart menjadi lebih dekat dengan masyarakat, yang nantinya akan berakibat pada peningkatan jumlah pengguna dan transaksi yang mereka layani. Catherine menyebut hal ini sebagai strategi jemput bola.
“Kami tidak ingin hanya secara pasif berharap para pengguna mau berkunjung dan menggunakan layanan kami. Itulah mengapa kalian akan jarang sekali melihat kami beriklan di televisi atau media lain,” ujar Catherine.
Saat ini, Alfacart telah mempunyai sekitar lima ratus ribu produk, dengan enam puluh persen di antaranya merupakan barang kebutuhan sehari-hari. Setiap harinya, mereka melayani sekitar lima belas ribu hingga dua puluh ribu transaksi.
Telah mengembangkan fitur Shop by Barcode
Contoh penggunaan fitur Shop by Barcode Alfacart di Stasiun Bekasi
Demi terus mendorong konsep O2O mereka, Alfacart pun telah menghadirkan fitur pembelian barang terbaru yang disebut Shop by Barcode. Untuk menggunakan fitur tersebut, kamu hanya perlu mencari banner khusus yang mereka pasang di berbagai pusat keramaian, seperti stasiun kereta dan mal.
Banner tersebut akan berisi foto produk yang disertai dengan barcode. Kamu bisa melakukan pembelian dengan cara melakukan scan terhadap barcode tersebut. Barang yang kamu beli nantinya akan langsung dikirim ke rumah, atau ke jaringan toko offline yang ada di sekitar rumah kamu.
Fitur seperti ini sebelumnya pernah dihadirkan oleh jaringan toko penjual kebutuhan sehari-hari bernama Home Plus di Korea Selatan. Mereka memasang banner berisi foto produk dengan QR Code di stasiun kereta bawah tanah.
Alfacart sendiri lebih memilih untuk menggunakan sistem barcode dibanding QR Code, karena menurut mereka sistem tersebut lebih mudah untuk diimplementasikan.
“Hampir semua barang yang dijual saat ini telah mempunyai barcode, sehingga kami tidak perlu melakukan usaha tambahan. Dan untuk mengembangkan sistem ini, kami hanya menggunakan tim internal kami,” tutur Catherine.
(Diedit oleh Septa Mellina)
Artikel Terkait
Berulang Tahun Kelima, Grab Hendak Kembangkan Layanan Pembayaran ...
5 Aplikasi Mobiledi Indonesia yang Berpotensi Ikuti Kesuksesan ...
Lebarkan Konsep O2O, Alfacart Akan Gandeng Warung dan Toko Tradisional ...
3 Rencana Lazada Indonesia Kembangkan Bisnis dalam Lima Tahun ke ...
aCommerce Andalkan Platform B2All untuk Bantu PerusahaanOffline ...
Rangkuman Berita StartupTeknologi Indonesia Minggu Ini ...
Berubah dari AlfaOnline, Kini AlfaCart Fokus Giring UKM ke Ranah ...
Facebook Tantang Situs E-Commerce di Indonesia lewat ...
Mal di Jakarta Diprediksi Menjadi Tempat Belanja Paling Canggih ...
Mantan Petinggi Zalora Indonesia Kini Menjabat CEO AlfaOnline
[Update] 8 Penjual Consoledan GameOrisinal ...
5 E-commerceAsia Paling "Menggigit" di Tahun 2015
Akankah Local Market Besutan Facebook Menjadi Mimpi Buruk Bagi ...
6 Tempat di Akihabara yang Bakal Menguras Dompet Gamer ...
Alfa Gift, Aplikasi Pencarian Lokasi Minimarket Alfamart Terdekat ...
Steam 102: Apa Itu Steam Community Market Dan Bagaimana Menggunakannya ...
[Updated] Akan Ada Tiga Hero Baru Meramaikan Vainglory Tahun Ini! ...
Bekerjasama dengan Facebook, XL Axiata bisa mempercepat akses internet ...
O2O, akronim paling buruk di industri startup
Tokopedia luncurkan program Gold Merchant sebagai bentuk monetisasi ...
About Writer
Suka menulis perkembangan dunia startup dan teknologi. Pecinta buku biografi dan science fiction. Bisa diajak ngobrol lewat email aditya@techinasia.com atau Twitter @adheet_ya.
Join our community or log in now to start posting replies!
2 COMMENTS
Sort by Newest
Agus Afif Riyadi2 bulan lalu
Menarik sekali, di lapangan Alfamart terlihat seperti monster bagi warung-warung. Karena mereka bisa menghadirkan barang lebih murah dengan experience belanja yang lebih menyenangkan. Dengan konsep seperti ini, Alfacart mau menjaring warung-warung tersebut untuk bekerjasama. Menarik sekali, apakah ini bakal membantu meningkatkan penjualan warung-warung tersebut?
Ahmad Anhar Syahputra2 bulan lalu
Wow.. That was awesooooooome
Lagi populer di Tech in Asia
POPULER DI NEW STARTUP
#1
Medicaboo Mudahkan Pesan Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit lewat Aplikasi
#2
Shopmatic Raih Rp76 Miliar, Siap Bantu UKM di Indonesia Buat Situs Online
#3
Strategi GotoMalls Mendorong Masyarakat Kembali Berbelanja Offline
#4
Snapask – Platform Tanya Jawab PR Asal Hong Kong yang Siap Hadir di Indonesia
#5
Bukaloka Startup dari Pulau Dewata yang Ingin Bantu UMKM Lebih Mandiri
POPULER DI GADGET
#1
7 Produk Baru yang Diumumkan Apple dalam Konferensi Tahunan WWDC 2017
#2
8 Hal Menarik yang Diumumkan Google dalam Konferensi Google I/O 2017
#3
IDC: Oppo dan Vivo Jadi Produsen dengan Pertumbuhan Tertinggi di Awal Tahun 2017
#4
Blue Ocean dan Mendengarkan Konsumen, Senjata Potensial Nintendo Switch
#5
Kamera 360 Derajat – Cara Baru Penyebaran Informasi yang Sarat Potensi
POPULER DI MOBILE
#1
7 Produk Baru yang Diumumkan Apple dalam Konferensi Tahunan WWDC 2017
#2
Tiga Temuan Penting Opera tentang Perilaku Pengguna Browser Mobile Indonesia
#3
8 Hal Menarik yang Diumumkan Google dalam Konferensi Google I/O 2017
#4
Twitter Akan Fokus Incar Pengguna di Luar Kota Besar di Tanah Air
#5
Potensi dan Tantangan Teknologi Chatbot dalam Pandangan LINE Indonesia
COPYRIGHT © 2017 TECH IN ASIA. ALL RIGHTS RESERVED.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home