Tuesday, June 20, 2017

Sevel dan kaskus lagi

Terpuruknya bisnis Kaskus & Sevel – Apakah karena Salah Strategi ?

Beberapa hari terakhir saya membaca analisa tentang “terpuruknya” dua perusahaan Indonesia -- yang dulunya cukup terkemuka, yaitu Kaskus & Seven Eleven (Sevel).

Analisanya menarik dan berbobot, yang ujungnya menyimpulkan bahwa dua perusahaan itu salah mengambil strategi. Intinya Kaskus telat memperbaiki portofolio produknya, dan akhirnya ditendang dari arena oleh e-Commerce lain seperti OLX, BukaLapak, Tokopedia, dsb. Sevel salah strategi menjual produk premium ala café yang mahal & tidak tepat sasaran.

Saya sih agak kurang setuju dengan pandangan “salah strategi” itu -- karena saat membuat strategi bisnis, tak ada satupun alat atau aplikasi yang bisa menunjukkan sebuah strategi bisa berhasil atau tidak. Buat orang yg biasa membuat corporate plan atau business plan --- tahu pasti bahwa strategi hanyalah asumsi yang dipertajam, bukan kepastian.

Memang mudah bagi kita menyalah-nyalahkan Manajemen atas “ketidak-becusan” mereka mengelola perusahaan. Masalahnya penilaian itu sering tidak adil. Yahoo! dibilang salah strategi karena telat mengantisipasi trend sosial media, Nokia salah strategi karena tak kunjung memperbaiki OS-nya, Friendster salah strategi karena tidak antisipatif pada perkembangan user dan seterusnya .. padahal baik Yahoo, Nokia, Friendster adalah raja besar di masanya. Saat mereka redup, rasanya itu bukan cuma karena strategi. Judgement terlalu sederhana.

Walau ada beberapa eksekutif perusahaan top bisa merancang strategi hebat, clear & detail, tetap saja itu bisa salah. Penyebabnya macam-macam, yaitu salah eksekusi, salah data, salah orang (leader) --- dan yang paling pas adalah terjadi gangguan zaman (disruptive). Yang terakhir ini rasanya paling tepat.

Perhatikan bahwa perusahaan-perusahaan gede seperti Microsoft, Apple, IBM juga pernah mengalami keterpurukan. Microsoft salah strategi karena telat mengantisipasi perkembangan internet, Apple sering salah buat product (banyak lho produk Apple yang gagal), IBM salah strategi karena segmentasi produknya terlalu luas & high-end. Tapi ketiganya tetap bertahan, bahkan menjadi raja-raja kembali di dunia IT dalam bentuk yang berbeda.

---------------------------

Jadi kesimpulannya bagaimana ?

Menurut saya keterpurukan itu lebih disebabkan oleh “gangguan zaman” yang bisa disebut sebagai “Disruptive”. Nokia kalah ---  bukan karena salah strategi, tapi ada kompetitor lain yang bergerak lebih cepat, ringkas & tepat dari mereka (salah satunya Google). Strategi Nokia sudah benar, tapi pesaing punya strategi lebih jitu untuk konteks zaman itu. Jelas Nokia tidak bisa membuat strategi seperti Google, karena kondisi perusahaannya berbeda.

Saat Google membeli Android (tidak membuatnya), itu juga sebuah strategi coba-coba. Bisa berhasil, bisa gagal. Tapi zaman mendukung mereka, dan akhirnya membuat Android berhasil. Coba lihat aja, versi awal Android itu jelek --- bahkan masih kalah dibandingkan Microsoft Mobile dan Symbian versi akhir.

Apa yang salah dengan Yahoo ? Mereka punya ekosistem produk yang bagus pada zamannya. Hampir semua email beberapa tahun lalu berbasis Yahoo. Siapa yang tidak tahu dengan Yahoo Messenger legendaris itu. Juga Yahoo Groups yang inovatif pada masanya. Yahoo kalah hanya karena terkena epidemi disruptive, dimana kompetitor mereka punya strategi yang lebih pas & tepat.

--------------------------

Menurut saya Kaskus & Sevel bisa selamat kalau kuat “menahan cobaan” & kept going, seperti yang dilakukan Microsoft, Apple & IBM. Naik turun itu biasa, kalah strategi dengan pesaing juga biasa. Yang penting tetap maju dan bertahan. Saat beban operasional berlebihan, kencangkan ikat pinggang. Rekrut talenta-talenta baru dengan ide segar. Berani keluar dari patron. Buat demand generation, jangan cuma terpaku pada trend yang dibuat pesaing. Saat kita terpuruk pada klasemen bawah, passion lebih dibutuhkan daripada teknik. Jadi push passion karyawan sangat penting.

Saya pernah tonton di TV, strategi pasukan militer yang benar ---  adalah terus bergerak walau musuh menembaki mereka. Gerakan akan mempersulit musuh, karena memaksa mereka beradaptasi terus menerus. Ini cuma permainan psikologis.

Jangan salah lho, Google juga tidak berhasil melawan Facebook di arena Social Media. Google, Microsoft & IBM juga tidak kuat melawan AWS di Cloud. Padahal AWS itu awalnya bukan perusahaan IT, tapi perusahaan Ritel. Lazada, Tokopedia, OLX, dll walau terlihat hebat, sebetulnya masih rugi besar (secara finansial).

Intinya kita nggak perlu jadi nomer satu agar terlihat keren. Nomer 2 sampai 4 juga gak papa, yang penting finansial sehat, business operation lancar, misi masih on-the-track, karyawan punya passion dan manajemen masih membayar THR dengan lancar (eh.. !).

Thank You

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home