Friday, September 22, 2017

Arab saudi. Babo

ARAB SAUDI HARUS BERUBAH.
( Ekonomi dan Politik).

Secara ekonomi Saudi sekarang dalam posisi sulit, atau tepatnya krisis. Dengan harga minyak di bawah USD 100 per barrel tidak akan mencukupi untuk menanggun biaya sosial negara yang mencapai USD 92 per barrel. Tahun 2015 nilai ekspor tersungkur sebesar 34% dari tahun sebelumnya. GDP dari USD 753 miliar di tahun 2014 , pada 2016 terjun di bawah USD 700. Jatuhnya sangat drastis. Pada waktu bersamaan hutang nasional digali semakin dalam. Bila tahun 2010 hutang nasional sebesar USD 44, 5 miliar , tahun 2016 sudah mencapai USD 90 miliar, dan di perkirakan tahun 2017 akan tembus USD 100 miliar. Para analis memperkirakan tahun 2020 hutang Saudi akan mencapai USD 255 miliar, lebih besar dari Indonesia yang berpenduduk 10 kali dari Arab. Namun upaya menggali hutang sudah semakin sulit karena investor tidak melihat masa depan cerah pada ekonomi Saudi. Menjadi pasien IMF hanya masalah waktu saja.

Reformasi ekonomi
Apakah mungkin Arab Saudi melakukan reformasi Ekonomi ? Tidak mudah. itu membutuhkan syarat utama yaitu reformasi politik. Kalau Saudi menginginkan ekonomi terbuka maka harus mau menerapkan politik terbuka. Jadi harus ada reformasi dibidang politik. Masalahnya apakah ulama Saudi dari golongan wahabi konservative mau menerima politik liberal ? Mereka pasti akan mengeluarkan fatwa menolak reformasi politik itu. Mental bangsa Arab ini sulit dipahami oleh kita yang terbiasa menyelesaikan masalah dengan kreatifitas.  Apalagi bagi kita yang terbiasa menghadapi tantangan dengan keterbatasan sumber daya. Itu semakin sulit kita pahami. Kekayaan SDA berupa minya membuat mereka menjadi generasi lemah. Padahal kehidupan era sekarang penuh dengan kompetisi karena sumber daya semakin terbatas dan penduduk dunia terus bertambah.

Reformasi Birokrasi.
Mungkinkah Kerajaan punya keberanian melakukan reformasi Birokrasi ? Itu sulit. Karena semua jabatan penting di kerajaan Arab itu di pegang oleh keluarga kerajaan. Jabatan itu terdistribusi dengan efektif kepada bukan hanya keluarga dekat Raja tapi juga para keluarga dari suku suku arab sehingga terjadi unifikasi Kerajaan Arab Modern.  Jadi konsep nasionalisme Arab bukanlah seperti teori yang kita ketahui pada umumnya tapi ini hanya cara cerdas Inggeris membagi kekuasan kepada para keluarga dari suku yang inginkan berdirinya kerajaan. ya semacam bagi bagi konsesi. Soal rakyat ? itu tidak di pikirkan sebagai konsep keadilan sebuah negara republik. Kalau kerajaan memberikan jaminan sosial kepada rakyat , itu bukan dianggap suatu liabilities yang harus di tentukan secara transfarance tapi hanya dianggap sebagai donasi kerajaan kepada Rakyat.

Kalau kerajaan Arab berani melakukannya maka itu sama saja memangkas konsesi kekuasaan yang seharusnya sudah menjadi hak dari anggota keluarga. Tentu saja mereka akan marah. Ini akan mendorong konplik internal di kalangan elite keluarga. Sangat berbahaya. Karena bisa menjalar kepada keluarga suku suku lainnya yang menjadi gubernur di daerah. Bukan tidak mungkin anggota keluarga dari suku suku lainnya akan menuntut otonomi daerah secara luas seperti sebelum mereka bergabung dengan kerajaan.”

Reformasi Anggran.
Sementara elite Kerajaan tidak berani melakukan reformasi anggaran untuk mengurangi defisit. Mereka takut rakyat akan marah apabila subsidi di hapus.  Mereka takut bila PNS di kurangi. Mereka takut apabila biaya perang melawan  kekuatan syiah dikurangi. Semua itu karena elite kerajaan tidak bisa lepas dari pengaruh ulama yang punya mindset bahwa dunia tidak penting, yang penting akhirat.  Sekali Ulama bersikap maka legitimasi Raja akan di pertanyakan oleh para suku suku lain yang juga inginkan tahta kerajaan.

Para keluarga dari suku suku lain akan mengajak kelompok Syiah dan sempalan sunni lain untuk melakukan aksi protes kepada kerajaan. Ini akan memicu pertingkaian di kalangan elite dan terus meluas kepada kelompok menengah yang tentu akan ambil bagian dalam konplik dengan menarik islam radikal seperti ISIS atau IS dan al Qaeda. Kalau sudah begini akan menyeret proxy dari Iran dan AS, Rusia untuk juga masuk dalam wilayah konplik. Sehingga konplik akan cepat sekali meluas menjadi perang saudara. Semua masuk dengan kepentingan berbeda. Di samping itu, negara yang bependuduk islam mayoritas akan berusaha ambil bagian juga untuk menyelamatkan dua kota suci jatuh ketangan islam radikal sepeti ISIS atau Al Qaeda.

Raja bisa saja menggunakan kekuatan tarakhirnya dengan memanfaatkan Arab Saudi National Guard (SANG) yang loyal kepada raja untuk menegakan keamanan dan ketertipan. Namun itu tidak akan efektif. Karena  Arab Saudi National Guard (SANG) reputasinya semakin memburuk sejak keterlibatan peran di Yaman, dan menurut informasi beberapa Perwira SANG ada yang punya hubungan emosional dengan anggota keluarga kerjaan dari suku lain. Ini memungkinkan kapan saja bila keadaan tak terkendali dan kepercayaan kepada keluarga Al Saud melemah, para perwira itu akan mengarahkan prajuritnya menduduki istana raja.

Pesan moral...
Wahai Raja Salman, penjaga Baitullah, sudahilah berpikir bahwa hanya uang yang bisa menyelesaikan masalah. Persoalan Saudi bukanlah uang tapi keadilan ekonomi. Bukan hanya kepada rakyat Saudi tapi juga kepara umat islam di dunia. Jadikan krisis ini sebagai pesan cinta dari Allah untuk perbaiki niat karena Allah. Masa lalu sudah cukup sampai di moment kirisis ini saja. Selanjutnya lakukan konsolidasi nasional dan international untuk kembali sebagai negara penjaga Baitullah yang menjauh dari segala upaya Barat menciptakan krisis di mana mana. Sudahi hidup glamour yang bermewah mewah dan kembalilah seperti teladan rasul yang lebih memilih hidup tawadhu walau beliau mampu untuk bermewah. Udahan bego ya sayang..Berubahlah karena itu sunatullah.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home