Percaya inovasi
Home Fokus Market Watch Ekonomi Bisnis Finansial Properti Energi Industri Perencanaan Keuangan Peluang Usaha Konsultasi Market Research Wawancara Sosok Bursa Valas Moneter Foto Infografis Video d'Preneur Indeks
Home / detikFinance / Detail
Jumat 24 Mar 2017, 17:23 WIB
Paparan Sri Mulyani Soal Kuatnya RI Saat Ekonomi Dunia Memburuk
Maikel Jefriando - detikFinance
Foto: Grandyos Zafna
Bandung - Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi yang masih tinggi di tengah buruknya kondisi global. Sementara banyak negara berkembang yang jatuh ke dalam jurang resesi.
Sebut saja Brasil, Rusia, Argentina, Nigeria, Turki hingga Afrika Selatan yang terpuruk dalam beberapa waktu terakhir.
"Pada 2016 kita berhasil tumbuh 5,02%. Ada sedikit momentum naik setelah sempat turun," ujarnya dalam kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa ITB, Jumat (24/3/2017).
Faktornya yang membuat ekonomi dunia memburuk ada beberapa hal. Mulai dari perubahan arah kebijakan moneter Amerika Serikat (AS), jatuhnya harga komoditas hingga situasi yang tidak sehat dalam sistem perdagangan dunia.
"Indonesia sudah cukup berpengalaman ketika menghadapi shock baik di pasar keuangan maupun komoditas," terangnya.
Kuatnya ekonomi RI ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Masyarakat Indonesia yang masih memiliki kemampuan untuk belanja membuat ekonomi tetap tumbuh. Porsinya mencapai 59% dari total ekonomi. Pada 2016 mampu tumbuh sekitar 5%.
Selanjutnya adalah investasi, porsinya hanya 22% akan tetapi masih bisa tumbuh 6,8%. Belanja pemerintah porsinya memang kecil, akan tetapi menjadi stimulus awal sebelum konsumsi dan investasi tumbuh. Apalagi ketika situasi ekspor dan impor negatif alias tidak tumbuh.
"Ekspor impor kita masih negatif seiring dengan kondisi dunia juga mengalami perlambatan," ujar Sri Mulyani.
Bila dilihat dari sisi produksi, maka sektor yang mampu untuk tumbuh tinggi adalah jasa-jasa dan komunikasi. Peertumbuhannya bisa mencapai kisaran 8-10%.
"Kalau bicara produksi, maka sektor yang tepat adalah yang mampu penciptaan kesempatan kerja yang besar, misalnya perdagangan berlandaskan IT, manufaktur berbasis teknologi. makanya butuh diversifikasi," tukasnya.(mkj/dna)
Share:
BERITA TERKAIT
Sri Mulyani: 2.528 Km Jalan Terbangun di Era Jokowi
Sri Mulyani ke Mahasiswa: Jangan Taruh Label Harga di Jidat
Sri Mulyani: I Love untuk Tidak Ngutang
Sri Mulyani: Separuh Ekonomi RI Masih Terpusat di Jawa
Bertemu Istri Orang Terkaya Dunia, Ini Kata Sri Mulyani
Di ITB, Sri Mulyani Ungkap Kekecewaan Soal Trump
Sri Mulyani: Satu Kepala Orang RI Nanggung Utang US$ 997
Begini Gaya Para Menteri Minta Anggaran ke Sri Mulyani
BACA JUGA
detikOto
Pilih Mobil, Anak Muda Lihat Modelnya Bukan Mesinnya
detikInet
Melinda Gates Puji Program 'Kartu Sakti' Jokowi
detikNews
Soal Mobil Pinjaman, Seskab Era SBY: Jangan Saling Menyalahkan
detikOto
Kaum Milenial Lebih Pilih Mobil Baru LCGC daripada Mobil Bekas
detikNews
Menteri Paling Memuaskan Versi Indo Barometer: Susi, Lukman, Anies
detikNews
LAPORAN DARI BANGKOK
JK: Industri di Thailand Maju karena Kualitas Anak Mudanya
detikNews
FOTO NEWS
Wabup Klaten Diperiksa KPK
detikNews
FOTO NEWS
Sri Mulyani Gilas Miras Ilegal dengan Slender
NEWS FEED
Menhub Sosialisasi Aturan Baru Angkutan Umum ke Puluhan Sopir di Tangerang
Sabtu, 25 Mar 2017 18:01 WIB
Pakai Peci dan Sarung, Jokowi Groundbreaking Ponpes di Mandailing Natal
Sabtu, 25 Mar 2017 17:42 WIB
Pegawai Pajak Siap Lembur Layani Pendaftar Tax Amnesty
Sabtu, 25 Mar 2017 17:12 WIB
Fintech Terus Berkembang, Bagaimana Nasib Jasa Keuangan Konvensional?
Sabtu, 25 Mar 2017 16:34 WIB
Tax Amnesty Segera Berakhir, Dana Repatriasi Sudah Rp 146 T
Sabtu, 25 Mar 2017 16:04 WIB
Pekan Ini Ada 19.000 WP Setor Tebusan Tax Amnesty
Sabtu, 25 Mar 2017 15:44 WIB
Kontak Informasi Detikcom
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Media Partner: promosi[at]detikfinance.com
Iklan: sales[at]detik.com
Ke Atas · Berita Lainnya · Search
Navigasi detikFinance
HomeFinansialEnergiPerencanaan Keuangand'PreneurMarket ResearchEkonomi BisnisPropertiIndustriPeluang UsahaSosokMost PopularKonsultasiInfografisFotoBizVideoFokusMarket WatchIndeks
Redaksi · Pedoman · Info Iklan · Privacy Policy
Copyright @ 2016 detikcom
All right reserved
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home